Film Everly sempat menimbulkan kehebohan saat dirilis tahun 2014
Film thriller aksi neo-noir cukup heboh karena kekerasan yang tak henti-hentinya dan eksplorasi eksploitasi perempuan. Film ini akan kembali tayang di bioskop TRANS TV pada 20 Mei 2024.
Film Everly yang disutradarai oleh Joe Lynch dan ditulis oleh Yale Hannon, dibintangi oleh Salma Hayek sebagai Everly, seorang wanita yang terjebak di sebuah apartemen mewah bertingkat tinggi dan dipaksa menjadi pelacur oleh Yakuza.
Sinopsis Every Kisah hidup yang brutal
Everly bukanlah gadis yang berada dalam kesusahan. Setelah disekap selama empat tahun, dia adalah sosok yang tangguh dan banyak akal, berjuang untuk hidupnya dan keselamatan ibunya yang terasing di tengah arus penyerang yang terus menerus.
Film ini berlangsung dalam satu malam ketika berbagai anggota Yakuza dan rekan-rekan mereka tiba di apartemen, masing-masing dengan niat jahat mereka sendiri. Everly mengirimkan mereka dengan sangat efisien, menggunakan senjata apa pun yang dia temukan, seperti: senjata api, pisau, bahkan benda-benda rumah tangga.
Kontroversi Hayek
Salma Hayek menampilkan performa yang garang dan berkomitmen sebagai Everly. Dia menggambarkan seorang wanita yang terdesak ke tepi jurang, terpaksa melepaskan amarahnya untuk bertahan hidup. Namun, fokus film tersebut pada eksploitasi seksual yang dialami Everly dan tanggapan kekerasannya memicu kontroversi.
Beberapa kritikus memuji tema feminis film tersebut, melihat perjuangan Everly untuk bertahan hidup sebagai bentuk pemberdayaan. Ada juga yang berpendapat bahwa kekerasan dan elemen seksual bersifat eksploitatif, dan mempertanyakan apakah film tersebut benar-benar menumbangkan atau memperkuat sistem yang dikritiknya.
Everly bukan untuk orang yang lemah hati. Ini adalah film brutal dan tak kenal ampun yang menyelami sisi gelap perdagangan dan eksploitasi manusia. Terlepas dari kontroversinya, film ini menawarkan eksplorasi yang menarik, meski mengganggu, tentang kelangsungan hidup dan ketahanan jiwa manusia.
Film Everly mendapat banyak pujian atas penampilan Hayek dan rangkaian aksinya, tetapi kritik atas kekerasan grafis dan penanganannya terhadap tema-tema sensitif.
Kalian akan cukup terganggu dengan visual film ini, bermandikan cahaya neon dan terbatas pada satu lokasi apartemen. Hal ini menciptakan suasana sesak, yang semakin meningkatkan ketegangan saat Everly menjalani permainan kucing-dan-tikus yang mematikan.
Kekerasan dalam film ini sangat gamblang dan tak tergoyahkan, sehingga membuat perbandingan dengan karya-karya seperti “Ichi the Killer” karya Takashi Miike dan “Oldboy” karya Chan-wook Park.
Everly adalah film klasik kultus di kalangan penggemar film eksploitasi dan film aksi neo-noir. Jika kalian mencari film yang menggugah pikiran dan penuh aksi yang melampaui batas, Everly mungkin layak untuk dicoba, tetapi bersiaplah untuk kontennya yang intens.