Review Film – A Haunting in Venice (2023)

A Haunting in Venice apakah detective Poirot kali ini berhadapan dengan pembunuh supranatural?

A Haunting in Venice jadi film ketiga dari Kenneth Branagh yang menjadi sutradara atas adaptasi novel Agatha Christie tahun 1969 berjudul “Hallowe’en Party“. Kali ini Detective Hercule Poirot harus berhadapan dengan sosok tak kasat mata yang dirinya tak percayai.

Rilis 13 September 2023 di bioskop, masuk ke Disney Hotstar hanya berselang 2 bulan di November 2023. Berdurasi 1 jam 44 menit, 20th Century Studios membuat film ini lebih gelap dan horor menyambut Halloween, walau rilis bukan bulan Oktober.

A Haunting in Venice masih disutradarai oleh sang pemeran utamanya, dari naskah Michael Green yang dibuat berdasar novel Agatha Christie. 

Sulitnya menyisipkan nuansa horor ke kasus logika
A Haunting in Venice (2023)
Hercule Poirot (Kenneth Branagh) – A Haunting in Venice (2023) | © 20th Century Studios

Setelah pembunuhan di kereta dan kapal liburan di Mesir, Hercule Poirot (Kenneth Branagh) kali ini memutuskan untuk menghabiskan masa pensiunnya di Venice. Tapi hal itu tidak berjalan lancar karena dirinya diundang ke pesta Halloween di Palazzo berhantu di Venice oleh seorang penulis Ariadne Oliver (Tina Fey).

Pesta Halloween yang ada di palazzo tidak sekedar pesta, Poirot hampir kehilangan jati diri dengan melihat banyak hal supranatural. Dari mulai datangnya Joyce Reynolds (Michelle Yeoh) yang menunjukkan hal-hal gaib di rumah berhantu tersebut.

Di kala kita percaya akan hal yang menghantui palazzo tersebut langsung dipatahkan oleh Poirot. Dan hal itu masih terus berjalan perlahan membuat kepercayaan Poirot terhadap hal tersebut timbul.

A Haunting in Venice (2023)
Rowena Drake (Kelly Reilly) – A Haunting in Venice (2023) | © 20th Century Studios

Memang sedikit hal mistis yang timbul, penampakan-penampakan di beberapa adegan hanya menebalkan misteri yang terjadi setelah pesta Halloween. Nuansa horor masih tipis hingga akhir laga, walaupun kematian janggal terus terjadi.

Latar tempat dan waktu tahun 1947 juga tidak dapat menguatkan hal horor yang ada. Semua hal yang berkaitan dengan mistis, akan mentah di tangan Poirot sendiri. A Haunting in Venice  masih menjadi pemuas bagi orang yang mengedepankan logika dalam hal apapun.

Misteri masih sama seperti 2 film sebelumnya

Dari  Murder on the Orient Express (2017) pembunuhan hanya terdapat satu kasus yang membuat mereka terisolasi dengan sang detektif harus mencari fakta. Mulai dari film kedua Death on the Nile (2022), pembunuhan semakin intens dengan adanya kematian di tengah film.

A Haunting in Venice juga terdapat 2 kematian mendadak di tengah film, membuat misteri meningkat di saat para penonton mulai bosan dengan hanya pencarian fakta dari sudut pandang Poirot.

A Haunting in Venice (2023)
A Haunting in Venice (2023) | © 20th Century Studios

Karakter di sini akan lebih fokus pada kematian pertama Alicia (Rowan Robinson), sehingga semua misteri berputar pada kematian kedua yang sangat mendadak. Percakapan Poirot untuk menggali fakta dengan karakter lain harus lebih diperhatikan dengan lebih terperinci.

Setiap detail dialog dan pergerakan kecil, akan berpengaruh terhadap fakta yang diungkap di akhir laga. Banyak hal pengalih fakta, seperti banyak film detektif lain.

Selain setiap karakter yang dimainkan dengan baik, kita akan selalu terkecoh dengan hal mistis yang menghantui Poirot. Di sisi lain, Oliver sang penulis jadi batu sandungan paling besar untuk memutar balikkan fakta.

Visual terlalu gelap lebih baik apa buruk?

Sebuah palazzo di Venice yang megah dan besar di tahun 47 akan sangat mendukung jika hal horor muncul. Tapi penggunaan tone warna sangat gelap di beberapa sudut. Baik untuk bagian sinematik, mendukung misteri tapi tidak apik untuk dilihat mata.

A Haunting in Venice (2023)
Ariadne Oliver (Tina Fey) dan Poirot – A Haunting in Venice (2023) | © 20th Century Studios

Sepanjang film, kita akan bermalam bersama para orang yang terkurung di palazzo setelah pesta Halloween. Bahkan pesta Halloween yang ada, hanya sebagai pembuka, dan menunjukkan waktu tepatnya.

Gerbang-gerbang besar, dan bunyi-bunyi identik dengan hal klasik harusnya bisa menguatkan kesan horor rumah tersebut. Jadi pisau bermata dua, hal gelap juga bisa menguatkan sisi misterius kasus ini.

Suasana gloomy dan keanehan yang dirasakan Poirot juga bisa kita rasakan. Bagaimana logikanya seakan redup. Didukung dengan badai yang sedang berlangsung di luar palazzo, kita juga akan terkurung di dalamnya, mencari fakta sebenarnya.

Namun, detail-detail bangunan klasik terlihat lebih minim. Mungkin ini salah satu trik pembuat film agar tidak terlalu menonjolkan kemewahan rumah tersebut, dan memutar balikkan menjadi suasana misterius.

Logo Disney Plus


Movie Info

Scroll to Top