Review Film – Fantasy Island (2020)

Fantasy Island nostalgia mengerikan sekali lagi

Misteri dari sebuah imajinasi menggantung, terlihat begitu klasik dengan banyaknya hal hal di luar nalar. Fantasy Island mewujudkan impian para penghuninya, namun dibuat terlalu di awang-awang. Mungkin karena tipe cerita tahun 70an, mengingat ini adalah versi film dari TV-show tahun 70an yang hits pada masanya.

Cerita misteri masih banyak menggantung dengan banyaknya sisi imajiner yang tidak dapat dijelaskan secara langsung maupun tidak langsung. Dalam film pun kekuatan magis yang mendukung Fantasy Island tidak terlalu jelas sampai akhir film ini. Di awali dengan cukup kuat antara perbedaan karakter dan latar belakang kehidupan masing – masing. Dan jalannya cerita masih bisa dikatakan epik, karena menggabungkan beberapa plot menjadi satu konflik yang mengandung sedikit plot twist ciri khas film klasil horror.

Susunan alur melompat membingungkan

Walaupun digabungkan dengan cukup baik, tapi banyak alur yang terlalu melompat dan terlihat dipaksakan. Sehingga masih banyak misteri yang menggantung di tengah film. Penjelasan berbagai ceritanya pun terlalu direct sehingga tidak terlalu seru. Membuat penonton yang awalnya diajak berpikir pada tiap misteri Fantasy Island, menjadi dibeberkan begitu saja sampai konklusi akhir cerita.

Dukungan pemain yang terlalu random menjadi sisi kurang di sini. Lucy Hale padahal cukup baik membuat banyak misleading sepanjang cerita agak sia-sia. Pemain lainnya kurang mendukung, hanya beberapa peran yang benar-benar terlihat ikut larut dalam emosi tiap masalah hidupnya. Michael Pena pun di sini juga tidak terlalu menonjol sebagai Mr.Roarke yang cukup sentral perannya. Sisanya terlihat biasa saja, mengurangi esensi horror mencekam filmnya. Beruntung peran Melanie oleh Lucy Hale masih bisa tetap menarik.

Horor klasik begitu mencekam

Aspek horror yang ditampilkan memang imajinatif dengan klasik jumpacare dan sedikit kekejaman benar-benar style jaman 60-80an. Mungkin bagi yang sempat mengikuti TV show mungkin lebih masuk dengan film ini. Walaupun cenderung tertebak, tapi lumayan dengan jumpcare dan misteri-misteri klasik yang ditonjolkan. Dengan beberapa penampakan halusinasi dan permainan perpindahan scene cukup rapi.

Visual efek khas Columbia Pictures dengan partikel-partikel liquid dan – tone warna gelapnya. Sound dari film tidak begitu megah tapi tidak berlebihan dan norak seperti beberapa film horror yang mengandalkan efek kejut dari lonjakan backsound. Dukungan rumah produksi Blumhouse yang sudah juara dalam menyajikan film horor seperti Conjuring, dijamin kalian menonton film masih dapat merasakan sensasi ketegangan horor dicampur dengan misteri yang beragam.

Logo Netflix


Movie Info

Scroll to Top