Monster, tak banyak kata untuk sajikan ketegangan
Falcon Pictures menghadirkan karya terbaru yang disutradarai oleh Rako Prijanto. Berjudul MONSTER, film ini cukup berani untuk tidak menampilkan banyak dialog antar karakter.
Film ini dibintangi oleh Marsha Timothy sebagai Murni, Alex Abbad sebagai Jack, Anantya Rezky Kirana sebagai Alana, dan Sultan Hamonangan sebagai Rabin.
Berdurasi 88 menit, MONSTER sudah bisa disaksikan di Netflix. Seperti apa review lengkapnya? Yuk, simak di bawah ini!
Berhasil tanamkan ketegangan sedari awal
Sadar akan durasi yang tak lama, Rako Prijanto tanpa basa-basi langsung menampilkan konflik utamanya sedari awal. Adegan menyoroti Alana dan Rabin yang tak sadar jika sedang diikuti pria asing. Kemudian secara cepat keduanya berhasil diculik dan disekap.
Keuntungan dari minimnya dialog dalam film ini terletak pada suasana yang dibangun, sangat terasa sekali betapa menegangkannya. Apalagi ketika Alana memutuskan untuk menolong temannya, Rabin, dan memikirkan bagaimana caranya sembari tetap bersembunyi agar tidak ketahuan.
Visual yang disajikan pun turut mendukung suasana yang sedang dibangun, ditambah penggunaan skoring yang semakin menghantarkan perasaan takut. Lokasi yang hanya berada di rumah juga menambah ketegangan yang ditampilkan.
Tempat yang luas dan banyak kamar membuat Alana bisa bebas bersembunyi tanpa ketahuan, sebelum akhirnya tertangkap ketika ingin mengambil kunci dari penculiknya, Jack. Kemudian ketegangan semakin bertambah tatkala Alana ketahuan.
Namun, ada sedikit yang mengganggu saya ketika menontonnya. Mengapa Jack terlihat gemetaran dan terkesan takut pada Alana? Padahal ukuran badan mereka sangat jauh berbeda. Bahkan logikanya, Alana bisa dengan mudah dikalahkan.
Akan tetapi, mungkin saja penulisnya memang sengaja membuat Alana bisa mengalahkan Jack dengan tusukan yang tak terduga. Apakah semuanya sudah selesai? Tentu tidak.
Rupanya Jack sedang menunggu kekasihnya, Murni. Dan ketegangan pun berlanjut dengan antagonis yang berbeda. Tapi, tetap menggunakan formula yang sama, yakni petak umpet.
Akting yang memukau dari Anantya Kirana
Pujian layak diberikan pada artis cilik, Anantya Kirana yang memerankan karakter Alana. Setiap gestur yang ditampilkan sangat menjanjikan, ekspresinya bermain dengan apik dan tatapan matanya berhasil menampilkan sorot ketakutan yang kuat.
Penjiwaan yang diberikan Anantya sukses membuat penonton ikut merasakan ketakutan yang dirasakannya. Terutama ketika sedang bersembunyi.
Selain itu, film ini memang hanya menampilkan empat pemain saja. Akting dua pemain senior, Marsha Timothy dan Alex Abbad tak perlu diragukan lagi. Keduanya mampu menggambarkan penculik anak yang menakutkan.
Kekurangan dari film minim dialog
Sayangnya, ada beberapa kekurangan yang dirasakan ketika menyaksikan film ini. Ada beberapa adegan yang seharusnya tetap pakai dialog, namun entah mengapa dialog hanya diberikan ketika para karakter memanggil rekannya. Selebihnya, semua dibuat diam.
Salah satu contohnya kedatangan polisi, sangat tidak cocok jika hanya dibuat diam. Alih-alih menegangkan, justru yang ada hanya situasi canggung saja. Mungkin sang sutradara bisa mengkaji ulang mana saja adegan yang bisa ditampilkan tanpa dialog dan mana adegan yang benar-benar harus pakai dialog.
Selain itu, kekurangan film ini terletak pada formula berulang dari petak umpet. Sebenarnya masih tetap menegangkan, tapi terkesan monoton saja. Karena penonton sudah menyaksikan formula tersebut sedari awal. Tepatnya ketika Alana bersembunyi dari Jack.
Meski begitu, MONSTER tetap menjadi tontonan yang cukup baru di era perfilman Indonesia. Sajian minim dialog sukses memberikan ketegangan yang melimpah. Akting para pemainnya pun sangat menjiwai sehingga penonton turut merasakan ketakutan mereka.
Buat kamu yang suka film thriller, sepertinya MONSTER akan cocok kamu saksikan. Jangan lupa menyaksikannya di Netflix, ya!