
Mrs Chatterjee Vs Norway drama India sayang anak
Drama hukum India tahun 2023 di Netflix ini, ditulis dan disutradarai oleh Ashima Chibber. Mrs Chatterjee Vs Norway terinspirasi oleh kisah nyata dari pasangan India yang anak-anaknya diambil oleh pihak berwenang Norwegia pada tahun 2011. Film ini dirilis secara teatrikal pada tanggal 17 Maret 2023 dan bisa disaksikan mulai Mei 2023di platform streaming Netflix.
Film ini mengisahkan Debika Chatterjee (Rani Mukerji), yang tinggal di Stavanger, Norgwegia bersama suaminya Aniruddha Chatterjee, lalu bersama putranya Shubha dan putrinya yang berusia lima bulan, Shuchi. Dua karyawan Layanan Kesejahteraan Anak Norwegia mengunjungi mereka secara teratur sebelum membawa Shubha dan Shuchi pada kunjungan terakhir.
Keluarga Chatterjee diberitahu bahwa mereka tidak layak untuk memegang hak asuh atas anak-anak mereka, sehingga Debika memutuskan untuk menuntut pemerintah dan memenangkan kembali hak asuh atas anak-anaknya.

Rindu acting Rani Mukerji? di sini tempatnya
Di awal laga Mrs Chatterjee vs Norway sosok ibu bernama Debika yang diperankan Rani Mukerji memang buat kita dongkol atau kesal. Tapi lama-kelamaan, memang itulah yang menjadi kemungkinan jika ibu kandung dipisahkan dengan anaknya begitu lama, bahkan hingga beda negara.
Debika yang divonis tidak layak untuk mengasuh kedua anaknya sendiri, mengalami gejolak luar biasa. Bagaimana sosok ibu dengan kultur India yang kental, harus menyesuaikan dengan sistem dan aturan negara Norwegia yang sangat konsen terhadap anak-anak dan masa depannya. Ini juga membawa kita pada dua sudut pandang berbeda.
Rani juga memainkan sosok ibu yang rela berbuat apa saja hanya demi bertemu dengan anaknya. Plot didukung dengan apik oleh kedua anak ini. Tidak tampil begitu banyak, tapi eksistensi anak yang sangat muda, 7 tahun dan 5 bulan, memperkuat motif di mana anak yang masih harus bersama orang tua kandungnya.

Sepanjang film kita pasti akan kesal dengan sifat meledak-ledak Debika. Rusuh sana rusuh sini. Bagaimana tidak? Sang suami yang juga dimainkan dengan apik oleh Anirban Bhattacharya, membantu emosi Debika istrinya terus mengambil tindakan. Situasi yang semakin runyam, membuat peran Debika menguras emosi kita sampai penghujung sidang.
Perlihatkan dua kubu kebenaran
Ashima Chibber dengan cermat, langsung membawa kita para penonton ke inti pokok permasalahan perebutan hak asuh anak. Mengapa orang tua kandung tidak mendapat hak anaknya sendiri? Debika yang notabene asli India, harus mengikuti aturan cara asuh negara Norwegia. Agak aneh memang, mengajari orang cara mendidik anaknya sendiri. Apalagi perbedaan budaya antar dua negara yang begitu kental.
Emosi Debika sangat meledak ketika cara asuhnya, yang mungkin kental dengan cara asuh orang tua India, dianggap salah oleh lembaga yang berfungsi melindungi anak-anak. Sidang demi sidang dihadirkan ke kita.

Permainan pergantian kubu kebenaran bergulir, seakan kita dijadikan bola tenis. Siapakah kubu yang paling benar atas kepengurusan anak ini? Ada kalanya pemerintah Norwegia benar, bagaimana anak harus dibesarkan dengan baik. Tapi, sebagian besar POV Debika menuntun kita ke arah sang ibu paling tahu dan benar. Dan juga sepanjang 2 jam lebih, perasaan kita terbawa depresinya sang ibu yang tidak boleh merawat bahkan bertemu anaknya sendiri.
Pelajaran sekaligus tamparan untuk negara lain
Elemen-elemen hukum mungkin tampil tidak terlalu dalam. Sidang pertama pun, berjalan begitu cepat dan pengambilan keputusan banyak terlihat subjektif dengan dasar terlalu cetek. 2 Pengacara yang berada di kubu keluarga Chatterjee juga berasal dari etnis India, sehingga mudah tertebak bagaimana mereka membela di persidangan.
Salah satu unsur yang sangat kuat adalah perbedaan budaya. Ini menjadi isu yang sangat rumit. Perbedaan budaya dan aturan sukar untuk dipisahkan. Tapi beberapa adegan di film, memperlihatkan aturan yang ditegakkan menjadi penyelewengan dari kubu pemerintahan.

Hal ini yang bisa dijadikan tamparan keras bagi pemerintahan yang suka memanfaatkan situasi demi keuntungan pribadi. Bisa dibilang oknum, tapi lagi-lagi rakyat yang tidak tahu banyak tentang hukum menjadi korbannya. Dan langkah cerdas dari Debika, melaporkan langsung pada perwakilan negaranya India.
Hubungan bilateral India-Norwegia bisa jadi jalan tengah yang memuaskan banyak pihak. Tapi lagi-lagi lembaga yang mengambil anak Chatterjee cukup cerdik, sehingga Debika harus terus memutar otak untuk mendapatkan anaknya kembali.

Peran kunci ada di pengacara Daniel Singh Ciupek (Jim Sarbh). Awalnya dirinya membela Chatterjee dengan kelihaiannya melihat celah kubu lawan. Namun, akhirnya dirinya mewakili negara Norwegia di akhir. Bagian persidangan akhir, begitu banyak pelajaran yang dapat kita petik.
Latar dinamis pendukung cerita
Keluarga Chatterjee yang tinggal di Norwegia, harus sedikit banyak menyesuaikan dengan Negara Eropa tersebut. Budaya India banyak mereka bawa, dan layaknya keluarga India dengan banyak ritual di rumah. Beberapa cuplikan juga memperlihatkan, bagaimana Debika menyesuaikan diri dengan budaya yang jauh berbeda dengan asalnya.

Kita akan diperlihatkan film khas Bollywood dengan lagu-lagu India, walaupun tanpa joged dengan banyak orang. Tapi ini terbilang sukses mengikat emosi kita, apalagi didukung dengan tampilan kedekatan keluarga Chatterjee yang memang baik-baik saja.
Tempat rumah dan lebih banyak di ruang persidangan cukup membuat kita geregetan. Debika yang harus berjibaku, bahkan ada kalanya Debika menculik anaknya sendiri dan kabur ke Swedia dengan kereta. Bagian-bagian dramatis menyatu dengan plot. Hingga babak takhir, latar di India sendiri menjadi klimaks persidangan.
