Review Film – Sri Asih (2022)

Sri Asih sajikan aksi yang cukup oke dari Bumilangit Cinematic Universe

Sri Asih adalah film superhero wanita di Indonesia, disutradarai oleh Upi, seorang sutradara ternama Indonesia yang dikenal dengan karyanya seperti “Serdadu Kertas” dan “Filosofi Kopi”.

Sri Asih adalah bagian dari Jagat Sinema Bumilangit, sebuah proyek film superhero yang terinspirasi dari komik klasik Indonesia berjudul sama karya R.A. Kosasih yang terbit pertama kali pada tahun 1954.

Berkisah saat Alana (Pevita Pearce), seorang wanita muda berbakat dengan kehidupan yang seemingly perfect, dihantui oleh amarah yang tak terkendali. Rahasia masa lalunya terungkap ketika dia mengetahui bahwa dia adalah reinkarnasi Dewi Asih, titisan energi kebaikan yang memiliki kekuatan luar biasa.

Alana harus merangkul takdirnya sebagai Sri Asih dan melawan Dewi Api, yang merupakan alter egonya yang diliputi amarah dan ingin menguasai dunia. Dalam perjalanannya, dia dibantu oleh berbagai karakter, termasuk Barda (Christine Hakim), Eyang Mariani (Jenny Zhang), dan Mateo Adinegara (Randy Pangalila)

Sri Asih (2022)
Sri Asih (2022) | © Screenplay Films

Dalam mengimplementasi cerita, Sri Asih meskipun agak jumpy, namun hal tersebut saya rasa masih minor dan tidak mengganggu cerita utamanya. Sama seperti Gundala. Film ini juga sedikit banyak mengambil kondisi yang hampir-hampir mirip dengan keadaan Indonesia sehingga kisahnya terasa dekat dan intim, yang di mana film ini berusaha untuk menyentil orang kaya dan menyentil polisi.

Penggunaan dialog yang kaku memang perlu penyesuaian diri ketika disaksikan karena berbeda dengan penggunaan dialog sehari-hari. Namun menurut saya ini bukan menjadi masalah, terlebih ini film science fiction (fiksi dan tidak terjadi di dunia nyata), mereka bebas mau membuat dunia mereka menggunakan bahasa baku atau bahasa yang lebih informal.

Karakter Sri Asih dan villainnya
Sri Asih (2022)
Alana (Pevita Pearce) | © Screenplay Films

Karakter Sri Asih memiliki background story yang dieksekusi dengan baik dan mudah dipahami. Saya suka cara mereka menjelaskan latar kisah dari Dewi Api serta musuh-musuh lain yang akan dilawan dan apa hubungannya dengan Sri Asih serta karakter Alana. Semua memang terlihat sederhana namun perlu untuk dilakukan agar penonton bisa lebih memahami konflik yang disajikan.

Selain itu eksekusi latar belakang hingga pendalaman karakter dari si penjahat juga dieksekusi dengan baik sehingga alasan ia menjadi penjahat juga masuk akal dan believable. Pada akhirnya, film ini mampu memperkenalkan karakter utama serta si penjahat dengan baik dan memiliki akhir kisah yang oke juga untuk 2 karakter tersebut.

Koreografi, CGI dan Gubahan Musik yang baik
Sri Asih (2022) | © Screenplay Films

Pertarungan di film ini cukup seru untuk dinikmati berkat koreografi dan pergerakan kameranya yang cukup baik. CGI sudah memiliki perkembangan yang cukup signifikan dan berperan banyak dalam menghidupkan adegan tiap adegan.

Yang bikin makin seru lagi adalah gubahan musik di film ini yang sangat enerjik dan membuat saya bersemangat serta berhasil memompa adrenalin ketika menyaksikan adegan-adegan di film ini. Berkat koregrafi, CGI serta gubahan musik tersebut, membuat film satu ini terlihat sangat badass.

Logo Disney Plus


Sri Asih – Movie Info

Scroll to Top