The Devil’s Deal kelamnya politik negara Korea Selatan
The Devil’s Deal garapan sutradara Lee Won-tae (The Gangster, The Cop, The Devil. 2019) memunculkan film yang kental akan nuansa politik. Politik kelam pada pemilu 1992, menjadi suguhan film yang rilis di Indonesia pada 29 Maret 2023.
Berlatar tahun 1992 menjelang pemilu legislatif yang berjarak sembilan bulan dari pemilu presiden, filmnya memperkenalkan kita pada Jeon Hae-woong (Cho Jin-woong), kandidat majelis nasional dari Busan.
Pada saat politikus lain mendukung program pembangunan, Hae-woong coba merebut suara publik dengan bersikap sebaliknya. Walau tetap mengambil beberapa langkah kotor, seperti meminjam uang pada gangster bernama Kim Pil-do (Kim Mu-yeol), tujuan utama Hae-woong tetaplah mengabdi pada masyarakat.
Sewaktu kemenangan nyaris diraih, langkahnya justru dijegal oleh Kwon Soon-tae (Lee Sung-min), orang yang mengendalikan politik Korea Selatan dari balik kegelapan.
Hae-woong tahu politik itu kotor, tapi ia gagal menyadari satu hal. Semestinya Hae-woong menuruti saran istrinya (Son Yeo-eun) supaya berhenti dan menjalani kehidupan normal. Dia terlalu naif untuk merengkuh kekuasaan politis.
Tapi Hae-woong malah mengambil langkah berlawanan dengan membuang kenaifan itu secara perlahan. Cara kotor di balas dengan cara kotor, itulah yang menjadi akar dari politik jika ingin menang.
Tunjukan latar Korea Selatan 90an
Untuk menunjukan pemilu di tahun 90an, cara Korea Selatan mungkin berbeda dengan beberapa negara di Asia. Untuk penonton Indonesia sendiri, mungkin tidak jauh dan akan relate dengan banyaknya suap menyuap di balik semuanya.
Situasi mencekam mungkin tidak tersaji di depan kedua kubu. Kubu Hae-woong yang sebenarnya mantan kubu Soon-tae, membuat upaya saling jegal terjadi begitu kuat.
Beberapa adegan yang menguatkan kotornya pemilu saat itu, membuat kita percaya bahwa pemilu manual dengan kertas pemilihan begitu mengerikan. Penonton pasti makin curiga dengan situasi politik negara, apalagi trauma korup dan rakyat yang menjadi korbannya.
Surat suara dan berbagai ancaman orang hilang, telah banyak terjadi, The Devil’s Deal dengan gamblang menggambarkan semua hal mencekam itu. Bahkan upaya saling bunuh terlihat jelas di film ini.
Jual beli ancaman di balik layar
Kebohongan demi kebohongan mulai dilontarkan kedua kubu. Walau kita lebih banyak di dalam kubu Hae-woong, kita juga akan melihat niat buruk kubu Soon-tae.
Misi dari Hae-woong menentang kubu Soon-tae, melawan pembangunan berubah menjadi janji memberi apartemen mahal pada warga pasca penggusuran. Taktik kotor dia ambil, yang mungkin awalnya dianggap sebagai cara jitu Devil
Lee Su-jin selaku membuat skenario, menampilkan karakternya terus masuk dalam lingkaran setan. Konspirasi politik, The Devil’s Deal awalnya sedikit membingungkan, apalagi yang awam dalam bidang politik negara.
Penonton juga akan merasakan kengerian terjebak dalam situasi politik kotor. Bagaimana memutar otak, Devil yang dilawan dengan Devil, solusi manakah yang akhirnya menang di depan rakyat yang sebenarnya tidak tahu proses di balik layar.
Perjalanan alur kuat di segala lini
Seperti mengatur bidak catur, strategi politik, baik dengan cara biasa maupun cara busuk bisa kalian saksikan. Adu kampanye, yang mungkin kita hanya diperlihatkan di kubu Hae-woong.
Permainan dimulai saat Hae-woong terjebak dalam permainan kotor Soon-tae yang dapat mengatur semuanya bahkan media dan pihak berwajib. Kengerian menghadapi orang besar di satu wilayah, membuat bulu kuduk kita pun merinding sembari bertanya bagaimana cara menghadapinya.
Diselamatkan para aktor mumpuni
Sewaktu alurnya mulai membuat kita bosan, akting mumpuni para cast menjadi kunci semuanya. Para mafia politik membuat situasi terus berputar berbalik kubu. Siapa yang menang dan benar menjadi semakin abu-abu dan membuat kita gregetan.
Akting karakter yang minim ini membuat kita fokus akan masalah politik yang sudah rumit. Dunia politik diperankan aktor-aktor dengan komposisi kuat, khususnya 2 kubu yang bertarung di pemilu yang sebenarnya bukan puncak dari segala situasi politik di Korea Selatan.
Cho Jin-Woong yang paling menonjol dengan perannya Hae-woong. Kubu yang awalnya akan kalah dapat memutar semuanya. Asa kemenangan terus berpindah, semua kartu As dipegang masing-masing kubu untuk dijual ke masyarakat dan media. Tapi Kim Moo-yul seperti katalis kedua kubu yang juga berhasil.