Dune Part Two lanjutan semakin sempurna dalam segala aspek
Dune Part Two disutradarai oleh Denis Villeneuve, yang ikut menulis skenario bersama Jon Spaihts. Sekuel dari Dune (2021), ini adalah adaptasi novel novel Dune oleh Frank Herbert. Film ini rilis di bioskop Indonesia pada 28 Maret 2024.
Film ini menerima pujian kritis universal dari banyak orang dan dianggap sebagai salah satu yang terbaik sekuel sepanjang masa. Ini mengikuti Paul Atreides (Timothée Chalamet) saat ia bersatu dengan orang-orang Fremen di planet gurun Arrakis untuk berperang melawan House Harkonnen.
Dune Part Two menampilkan sebuah karya sinematik yang mendekati kesempurnaan. Hampir sebuah karya masterpiece “Sempurna.” Film ini menawarkan sejumlah kelebihan yang luar biasa, namun juga memiliki beberapa kekurangan yang layak dipertimbangkan.
Durasi panjang perang yang pendek
Perang dan pertempuran dalam film ini juga bisa dibilang terlalu singkat, mengingat potensi konflik yang lebih dalam yang bisa dieksplorasi. Meskipun film ini memiliki durasi yang cukup panjang, namun terkadang terasa tidak sepenuhnya tergarap dengan baik.
Ada keinginan untuk melihat lebih banyak pengembangan karakter dan alur cerita, sehingga durasinya seharusnya lebih dari 2 jam 45 menit untuk memberikan kesan yang lebih memuaskan kepada penonton.
Penciptaan dystopian semakin luas
Eksekusi film ini juga patut diacungi jempol, Dune 1 dan Part Two adalah salah satu adaptasi buku terbaik yang pernah ada. Denis Villeneuve berhasil mengeksekusi tema-tema agama dan politik dengan sangat baik, menjadikan film ini lebih dari sekadar film fiksi ilmiah biasa.
Pembangunan dunia yang dilakukan dalam film ini juga patut di acungi jempol. Pengenalan setting dan karakter baru dilakukan dengan sangat baik, memberikan kesan bahwa dunia Dune semakin hidup dan beragam.
Selain itu, pembangunan cerita dalam film ini dilakukan dengan sangat baik, dengan pacing yang tepat sehingga tidak terasa terlalu lambat meskipun memiliki durasi yang cukup panjang.
Namun, di sisi lain, film ini juga memiliki beberapa kelemahan yang patut diperhatikan. Salah satunya adalah bagian akhir cerita yang terasa sedikit terburu-buru, padahal seharusnya dapat dieksplorasi lebih lanjut.
Meskipun bukan akhir yang mengecewakan, namun juga tidak memberikan kesan yang kurang memuaskan.
Visual dan sinematografi luar biasa
Dune Part Two juga mempunyai salah satu sinematografi terbaik yang pernah ada di dunia perfilman.
Dan tentu saja, CGI dalam Dune Part Two juga layak mendapat pujian. Efek visual yang diciptakan melalui CGI sangat memukau dan menambahkan kedalaman kepada dunia yang diciptakan dalam film ini.
Mulai dari adegan dengan sandworm yang megah hingga pertarungan epik antara karakter-karakter utama, setiap detailnya terasa hidup dan menakjubkan. CGI yang luar biasa ini tidak hanya memperkuat alur cerita, tetapi juga memberikan pengalaman visual yang tak terlupakan bagi para penonton.
Aspek lain yang menonjol dari film ini adalah suara yang luar biasa, terutama selama adegan dengan sandworm. Anda dapat merasakan getaran kursi karena suaranya yang begitu keras (dengan cara yang baik), yang berhasil menangkap realisme, keaslian, dan kedalaman dalam film ini.
Selain itu, skor/soundtrack dalam film ini juga patut diacungi jempol. Setiap lagu yang digunakan dalam setiap adegan memiliki makna tersendiri dan berhasil mengangkat suasana adegan ke level yang lebih tinggi. Ini tidak hanya menyempurnakan pengalaman menonton, tetapi juga menambah kedalaman emosional dalam cerita.
Perang bintang dalam sci-fi
Salah satu aspek yang paling mencolok dari film ini adalah akting yang luar biasa dari seluruh pemainnya. Timothee Chalamet, Rebecca Ferguson, Austin Butler (yang memberikan penampilan yang menggigit.
Zendaya mampu menghidupkan karakter-karakter mereka dengan sangat meyakinkan. Keberhasilan mereka dalam memerankan karakter-karakter ini memberikan dimensi dan kedalaman yang luar biasa pada cerita.
Beberapa karakter juga terasa terbuang sia-sia, dengan hanya mendapatkan sedikit waktu layar yang membuatnya kurang terasa relevan.
Khususnya, semua karakter Harkonnen, termasuk Feyd-Rautha Baron, terasa terbuang sia-sia karena pembangunan karakter mereka yang kuat tetapi tidak digunakan secara optimal.
Selain itu, Rabban, salah satu karakter yang sebelumnya menakutkan dan kuat, hanya dibunuh begitu saja tanpa adanya pertarungan yang intens dengan Gurney. Ini membuatnya terasa lemah dan kurang memuaskan bagi penonton yang telah melihat karakternya dalam film sebelumnya.
Beberapa momen klimaks juga terasa terlalu cepat dan kurang terfokus, terutama ketika Paul akhirnya mengakui dan menerima dirinya sebagai mesias. Pembangunan karakter ini seharusnya memiliki waktu yang lebih panjang untuk berkembang secara alami, namun sayangnya terasa terburu-buru.
Meskipun saya menikmati adegan pertarungan antara Feyd-Rautha Baron dengan Paul, namun saya rasa adegan tersebut seharusnya lebih panjang untuk menambah ketegangan dan intensitasnya.
Secara keseluruhan, Dune Part Two adalah sebuah film yang memukau dan hampir mencapai kesempurnaan. Meskipun memiliki beberapa kekurangan, film ini tetap layak untuk ditonton, terutama bagi penggemar franchise Dune dan para penggemar film sci-fi.
Film ini benar-benar membuat kita terasa seperti dalam dunia “Dune” berkat visual yang mencolok, sinematografi yang menakjubkan, dan suara yang luar biasa. Mereka benar-benar memperhatikan setiap detail.
Ini membuat saya terkesan dan tidak bisa berkata-kata. Jadi, sebagai pengalaman sinematik yang mendalam dan epik, film ini memang layak dinikmati dalam layar lebar, terutama di format IMAX.