Kung Fu Panda 4 hadir dengan kegembiraan dan petualangan baru
Film animasi komedi bela diri diproduseri oleh DreamWorks Animation dan didistribusikan oleh Universal Pictures untuk tayang di bioskop Indonesia pada 6 Maret 2024.
Film ini ialah seri keempat dalam waralaba Kung Fu Panda, disutradarai oleh Mike Mitchell bersama Stephanie Ma Stine dalam debut penyutradaraannya, dan ditulis oleh Darren Lemke serta Jonathan Aibel dan Glenn Berger.
Dalam film ini, Po (Jack Black), yang harus menemukan dan melatih penggantinya sebagai Pendekar Naga baru, bekerja sama dengan rubah perampok bernama Zhen (Awkwafina) untuk mengalahkan penyihir jahat bernama Bunglon (Viola Davis).
Kung Fu Panda 4 hadir dengan kegembiraan para penggemar untuk petualangan baru bersama Po dan kawan-kawannya, dan meskipun memberikan kesenangan, namun terdapat beberapa kekurangan.
Film ini memiliki momen-momen yang patut diapresiasi, tetapi juga memiliki kekurangan yang patut diperhatikan. Mulai dari aspek animasinya sungguh luar biasa
Para pembuat film berhasil menyatukan gaya animasi klasik “Kung Fu Panda” dengan teknik baru dari Dreamworks, menghasilkan film yang secara visual menakjubkan.
Adegan aksinya juga mengesankan, dengan gerakan yang smooth yang melengkapi gaya animasinya. Namun, ironisnya, adegan pertarungan terakhir terasa agak kurang memuaskan dibandingkan adegan aksi yang lainnya dari film.
Voice acting adalah salah satu highlight menarik
Dengan penampilan yang luar biasa dari semua pengisi suara. Angela Bassett dan Ian McShane bersinar dalam peran mereka, tetapi sayangnya, karakter mereka hanya mendapat sedikit waktu layar.
Selain itu, eksplorasi dinamika antara ayah Po, yang diisi suaranya oleh James Hong dan Bryan Cranston menambah kedalaman pada cerita. Film ini berhasil “mengexplore” sifat mereka terhadap anaknya serta dinamika/chemistry mereka yang sangat fun dan energik serta memberikan momen-momen yang lucu.
Musik dan skor Kung Fu Panda yang ikonik juga patut dipuji, dengan trek seperti “Oogway Ascends” menambah kedalaman emosional pada adegan-adegan penting.
Eksekusi plot baru cenderung kurang dalam pengembangan karakter
Plotnya menderita karena eksekusi yang kurang memuaskan. Meskipun ceritanya menarik, terasa terburu-buru pada beberapa bagian dan gagal sepenuhnya memanfaatkan potensinya.
Film ini memperkenalkan karakter-karakter baru namun gagal memberikan waktu layar atau pengembangan yang memadai bagi mereka. Hal ini membuat penonton merasa terputus dari karakter-karakter tersebut dan kisah hidup mereka.
Antagonis utama, The Chameleon, memiliki potensi namun terasa hambar karena latar belakang yang generik dan kurang memberi efek yang “menacing” (tidak seperti villain-villain sebelumnya dimana mereka semua memiliki backstory yang mendalam serta emosional.
Contoh-contoh seperti Tai Lung yang melarikan diri dari penjaranya dan mengalahkan semua penjaga serta kembali untuk membalas dendam karena harapan palsu yang diperolehnya; Lord Shen “memainkan” trik/strategi pikiran kepada Po, karena dialah yang menghancurkan Desa Panda
Serta General Kai yang melarikan diri dari alam roh dan kembali untuk membalas dendam dengan mencuri seluruh chi dari para master dan memiliki latar belakang cerita yang kuat dengan Oogway.)
Selain itu, keputusan untuk menyisihkan karakter-karakter yang punya hubungan kuat dengan Po, seperti Tai Lung, Lord Shen, dan General Kai.
Dimana mereka bisa membantu Po untuk melawan The Chameleon, demi sebuah kelompok pencuri (yang sama sekali tidak punya hubungan dengan Po dan tidak ada karakteristik yang mendalam) terasa aneh dan mereka dibuang sia-sia.
Padahal karakter-karakter ini bisa menambah kedalaman pada cerita namun tidak dimanfaatkan sepenuhnya. Durasi film yang singkat semakin memperparah masalah ini, meninggalkan sedikit ruang untuk pengembangan karakter atau resonansi emosional.
Kekecewaan lain adalah absennya The Furious Five, yang terasa seperti sebuah kelalaian besar. Karakter-karakter ini penting dalam seri ini dan kehadiran mereka sangat dirindukan.
Kung Fu Panda tanpa The Furious Five, terasa seperti, makan nasi goreng tanpa kerupuk. Memang tetap enak tetapi ada sesuatu yang kurang.
Komedi bergaya baru
Selain itu, pergeseran film ke arah nada komedi yang lebih kuat mungkin membuat penonton dewasa merasa terasing, yang sebelumnya mengapresiasi kedalaman emosional dari film-film sebelumnya.
Contoh seperti prestasi Tai Lung yang berusaha membuat Shifu bangga namun ditolak oleh Oogway dan Shifu tidak mendukungnya melainkan meninggalkannya, sangatlah emosional yang mungkin tidak dipahami oleh anak-anak tetapi bisa dimengerti dan dirasakan oleh penonton dewasa atau yang sudah matang.
Hal ini menunjukkan bahwa film-film Kung Fu Panda seharusnya fokus pada emosi yang membuatnya luar biasa, bukan hanya pada lelucon semata.
Meskipun memiliki kekurangan, Kung Fu Panda 4 tetap merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi para penggemar franchise ini. Meskipun mungkin tidak mencapai puncak kesuksesan seperti pendahulunya.
Animasi yang memukau dan penampilan yang menghibur memastikan bahwa film ini masih layak ditonton. Jadi, ambillah popcorn dan nikmati petualangan yang penuh keseruan bersama Po.