Look Back membungkus persahabatan dengan singkat dan menyentuh
Jika kalian penggemar movie anime tanpa banyak fantasy, Look Back karya Kiyotaka Oshiyahttps://lewatsfilm.com/tag/Kiyotaka-Oshiya sangat cocok untuk kalian tonton. Hanya berdurasi 57 menit, anime ini tayang 31 Juli 2024 di bioskop Indonesia.
Berkisah tentang Fujino (Yumi Kawai) seorang anak kelas 4 SD hobi untuk membuat komik 4 panel untuk masalah mingguan untuk sekolahnya. Hampir tiap minggu dirinya dipuji karena kepiawaiannya membuat manga.
Namun suatu ketika, terdapat anak lain bernama Kyomoto (Mizuki Yoshida) yang mengisi komik sekolah juga. Ternyata gambar Kyomoto jauh lebih realistis ketimbang gambar dari Fujino. Fujino pun memutuskan untuk belajar membuat manga lebih giat lagi.
Alih-alih lebih baik, pada kelas 6 SD, Fujino memutuskan berhenti membuat manga/ komik lagi. Dan untuk pertama kalinya dirinya bertemu Kyomoto, yang dia anggap saingan dalam membuat komik di sekolah. Tapi ternyata mereka berdua menjadi teman akrab karena sama-sama suka membuat komik atau menggambar.
Persahabatan mereka cukup solid bahkan setelah lulus sekolah SD dan membuat komik bersama. Fujino dan Kyomoto memenangkan lomba manga nasional yang berhadiah jutaan Yen. Tapi tiba-tiba Kyomoto ingin kuliah seni dan memutuskan untuk tidak membuat komik bersama Fujino lagi.
Fujino pun tetap melanjutkan hidupnya dengan membuat komik, karena sudah ada kontrak untuk membuat serial komik. Kyomoto kuliah di jurusan seni, dengan tujuan membuat gambarnya lebih baik lagi.
Plot persahabatan padat
Sejak awal, pengenalan terhadap karakter Fujino sebagai motor penggerak awal cerita tersaji cukup lugas. Bagaimana dirinya sebagai seorang murid yang pandai membuat manga harus bersaing dengan anak yang jarak masuk sekolah.
Persahabatan yang tampil seperti kolase potongan hidup 2 sahabat perempuan. Semua tahap hidup Fujino dan Kyomoto berlalu begitu cepat, dengan inti mereka menapaki jejak sebagai mangaka muda berdua. Walau di babak kedua film, plot berbelok penuh kejutan.
Kedua jalur hidup 2 orang ini tidak bersama lagi, membuat kolase kebersamaan mereka runtuh begitu saja. Anehnya pergeseran plot ini terasa menusuk hati. Tapi ini belum ada apa-apanya dibanding dengan babak ketiga yang sangat menguras perasaan.
Penggambaran unik penguras emosi
Dengan gambar yang dibuat seperti penggambaran manga, bisa dibilang seperti manga dengan warna yang bergerak. Tidak ada efek visual khusus yang mewah, seperti 3D, angle yang dinamis, atau pergerakan karakter yang rumit. Semua bisa dilihat biasa saja dan sangat nyaman ditonton berlama-lama.
Jika tragedi tak terjadi
Film yang berdurasi sangat singkat ini dengan cepat mengobrak-abrik emosi dan perasaan kita. Dengan indah kita melihat perjuangan seorang anak untuk belajar membuat manga, dan akhirnya impian mereka berdua terwujud dengan perlahan (walau digambarkan dengan sangat cepat dalam film).
Berubah karena tragedi mengerikan di akhir film. Kita juga disuguhkan dunia reality dan alternatifnya. Bayangan yang ditunjukkan juga saat tragedi memilukan terjadi, sedikit membuat harapan itu muncul kembali di benak para penonton, termasuk saya pribadi.
Tapi itu hanyalah khayalan saja, sehingga harapan palsu dari sebuah plot alternatif di akhir, berhasil membuat emosi kita berantakan, dan kembali membuat suasana akhir film muram. Disampaikan dengan baik, bukti kuat penceritaan singkat juga bisa masuk lebih dalam ke emosi penonton.
Secara keseluruhan Look Back berhasil dengan plot persahabatan singkatnya, yang ditutup dengan sangat memilukan. Tanpa memandang rendah visual, adegan demi adegan tergambar seperti kolase babak hidup Fujino dan Kyomoto.