Review Film – Sixty Minutes (2024)

Sixty Minutes berpacu dengan waktu untuk demi anak atau karir?

Film aksi dari Jermain Sixty Minutes, cukup menghentak di awal tahun. Rilis pada 19 Januari 2024 di Netflix, disutradarai oleh Robin P. Muller dengan Emilio Sakraya sebagai pemeran utama.

Berdurasi hanya 88 menit, aksi solo Octavio (Emilio Sakraya) di sekitar Berlin membuat jantung kalian terus terpacu tanpa henti. Bahkan Sixty Minutes mendapat respon positif bagi pecinta film laga dengan banyak aksi.

Berkisah seorang Octavio, seorang petarung MMA (Mix Material Arts) yang sangat ingin mendapatkan hak asuh atas putrinya. Dirinya bercerai dengan istrinya, dan fokus dengan karirnya sebagai petarung.

Saat ulang tahun sang putri, Octavio mendapat jadwal bertanding. Dia diberi waktu satu jam untuk datang ke pesta ulang tahun anaknya, tapi dia terjebak dalam situasi berbahaya saat dia meninggalkan pertandingan besar.

Sixty Minutes (2024)
Sixty Minutes (2024) | © Netflix

Pertandingan MMA yang kita nantikan sejak awal antara Octavio versus Benko tidak terjadi di atas ring sampai akhir laga. 

Plot minimalis karakter idealis

Dengan menggunakan Octavio sebagai sumber utama semua konflik berhasil sejak awal. Persiapan Octavio bertarung melawan Benko (Aristo Luis), menjadi pelik karena pengaturan pertandingan melibatkan mafia.

Semua bersumber dari karakter utama sangat idealis dan memusatkan pikirannya pada sang putri. Konflik batin ini, membuat perilakunya sepanjang film meledak-ledak, semua diterabas demi tujuannya.

Sixty Minutes (2024)
Octavio Bergmann (Emilio Sakraya) – Sixty Minutes (2024) | © Netflix

Bertempo cepat dan menegangkan, ini mungkin hanya karena waktu mundur yang terus berjalan sebagai acuan aksi sang karakter utama.

Namun, jika kalian mencari sesuatu yang lebih kompleks atau menggugah pikiran, mungkin ingin melewatkan yang satu ini.

Mengeksplorasi tema keluarga dan penebusan

Sayangnya hal yang berkaitan dengan plot tidak terlalu dalam dibahas. Semua latar belakang karakter berkembang dalam pacuan waktu terbatas. Bahkan tema keluarga yang kental, tak dapat mengikat emosi kita, ke dalam situasi genting kemungkinan Octavio tidak mendapatkan hak asuh anaknya.

Sixty Minutes (2024)
Sixty Minutes (2024) | © Netflix

Sajian pertandingan awal dengan meledak-ledak, lalu ditambah konflik baru dengan mafia pertandingan terlalu terburu-buru. Nampaknya premis segar ini tidak dapat disampaikan dengan mulus.

Babak awal kita hanya menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan kaitannya dengan polisi, hingga geng motor terjadi di pertengahan film. Anehnya semua itu tidak berkaitan langsung dalam resolusi utama plot.

Penampilan bagus para pemain

Tak banyak pemeran dalam film ini. Mungkin hanya 2 atau 3 pemain yang menjalankan alur. Khususnya Emilio Sakraya sebagai Octavio. Hanya berbekal earpods, jembatan antar karakter tersampaikan cukup jelas. 

Sixty Minutes (2024)
Cosima (Marie Mouroum) – Sixty Minutes (2024) | © Netflix

Lalu karakter pendukung Dennis Mojen sebagai Paul sebagai promotor dan sang pelatih Marie Mouroum sebagai Cosima. Kubu Octavio tidak terlalu mempersulit jalannya cerita, yang berkebalikan dengan kubu mafia.

Akar dari konflik film sudah terbaca, bahkan perjalanan alurnya. Bersumber dari masalah uang, satu masalah melebar ke sebuah kejar-kejaran apik di dalam kita. Banyak yang mungkin menduga tapi tetap penasaran.

Secara keseluruhan minimnya karakter membuat kita fokus pada konflik inti saja. 60 Menit apakah cukup untuk Octavio mendapatkan keinginannya, hingga merelakan pertandingan pentingnya.

Fokus koreografi pertarungan 
Sixty Minutes (2024)
Octavios vs Winkler (Florian Schmidtke) – Sixty Minutes (2024) | © Netflix

Film ini telah dibandingkan dengan film aksi lain seperti John Wick dan Warrior. Aksi solo Octavio runut dengan map Berlin yang selalu ditampilkan, jadi langkah cerdas membuat kita terus mengikuti setiap langkah Octavio, dan penasaran lika-likunya.

Basic pertarungan MMA jadi hal menarik untuk ditonton. Koreografi pertarungan hand-to-hand combat dieksekusi dengan signifikan, sehingga dukungan pengambilan gambar baik, menambah efek bertarung yang lebih brutal.

Hampir semua pertarungan terjadi di jalanan. Sedikit sekali adegan baku tembak. 60 menit perjalanan dari titik satu ke tempat lain, selalu menyajikan hal menegangkan, dengan sedikit twist untuk memperkaya alur.

Open ending mentah
Sixty Minutes (2024)
Ocation menulis kartu ucapan ke anaknya- Sixty Minutes (2024) | © Netflix

Satu plot utama yang fokus nampak mempermudah para penonton untuk hanya menikmati aksi perkelahian Octavio. Waktu semakin menipis, jadi hal paling menegangkan, ditambah hambatan dari berbagai pihak.

Enam puluh menit atau satu jam Octavio berlarian di tengah kota, bak superhero tanpa stamina. Jarak yang terlihat cukup jauh, dengan banyak halangan, terkesan sangat mustahil melewati semua itu.

Penyelesaian konfliknya dengan sang istri dan bertemu dengan anak, jadi hal yang sangat klise. Namun, adegan akhir ini menjadi multitafsir. Semua hal yang terjadi di tengah laga, seakan hanya bumbu tak berkaitan untuk sebuah akhir “happy ending”



Sixty Minutes – Movie Info

Scroll to Top