The Dive menyelam dengan peralatan canggih tetap mengerikan
The Dive harusnya rilis pada Agustus 2023, tapi baru masuk ke Indonesia pada Desember 2023. The Dive yang disutradarai Maximilian Erlenwein mengusung genre thriller bawah laut, yang mungkin kalian hanya melihat 2 karakter sepanjang laga.
Berkisah tentang kakak beradik May (Louisa Krause) dan Drew (Sophie Lowe), pergi untuk menyelam ke tempat terpencil dekat lereng gunung berbatu. Selama perjalanan, May dan Drew terlibat dalam percakapan yang canggung.
Ada jarak di antara mereka, karena cukup lama mereka tidak pergi bersama. Sesampai di lokasi, saat sedang mengeksplorasi keadaan bawah laut, ada sesuatu yang menyebabkan bebatuan jatuh ke dalam laut.
Akibatnya, salah satu dari mereka terjebak di bawah laut sedalam 28 meter. Hidup dan matinya tergantung pada saudari yang berusaha menyelamatkannya.
Ambisi Erlenwein apakah berhasil?
Sutradara sekaligus salah satu penulis skenario film ini, Maximilian Erlenwein, mengatakan The Dive ini sejenis remake dari film Swedia berjudul Breaking Surface (2020). Ia sendiri memiliki hobi menyelam.
Lokasi syutingnya di Malta, sebuah negara kepulauan di Laut Mediterania. Selama syuting, semua kru hanya dapat berada di bawah laut selama 45 menit, dan itu hanya dapat dilakukan tiga kali dalam sehari, karena alasan keamanan.
Sepi hanya ketegangan sederhana
Ini adalah film thriller aksi dua orang yang sederhana. Premisnya tidak terlalu dalam. Film ini mencoba memberikan kedalaman cerita dengan beberapa latar belakang dengan ayah mereka.
Tidak banyak yang bisa dijelaskan. Film ini tidak memiliki drama internal yang sama dengan 127 Hours atau sejujurnya bagian kisah nyata. Perlengkapan menyelam memang menghalangi para aktor dan saya tidak begitu mengenal mereka.
Masalah-masalahnya bisa terasa sedikit acak. Secara keseluruhan, ini adalah film thriller yang sederhana dan terbatas.
Namun, penulis Maximilian Erlenwein dan Joachim Hedén menyusun naskah dan alur cerita yang menjanjikan, namun pada akhirnya menjadi pengalaman menonton film yang sangat umum, hambar, mudah ditebak, dan tidak ada gunanya.
Alur ceritanya dimulai dengan cukup baik, tetapi tidak pernah mampu mengatasi prediktabilitas yang luar biasa yang ada di dalamnya. Kalian tahu apa yang akan terjadi dan bagaimana film ini akan berakhir jauh sebelum itu terjadi di layar.
Dan sutradara Maximilian Erlenwein tidak memberikan kejutan kepada penonton, sehingga tidak ada alur cerita yang meliuk-liuk.
Karakter kakak beradik tanggung beban berat
Yang terpenting, daya tarik utama dari film-film semacam ini melibatkan pemikiran kreatif tentang apa yang bisa dilakukan oleh para karakter. Sebagai contoh, penonton bisa berspekulasi tentang, “bagaimana jika tokoh utama melakukan ini atau mencoba itu untuk melarikan diri, dan sebagainya.
Kedua aktris utama film ini juga belum pernah menyelam, dan harus belajar dari awal. Ini sangat membantu beberapa adegan intens di dalam laut yang gelap. Sulit untuk berakting di dalam air dengan perlengkapan selam lengkap
Film ini memiliki dua aktris dalam daftar pemeran, dan hanya itu. Jadi, kalian akan berpikir bahwa aktris Louisa Krause dan Sophie Lowe memiliki banyak tekanan pada mereka, tidak ada permainan kata-kata, tapi sayangnya tidak.
Mengapa? Yah, karena naskah dan alur ceritanya tidak jelas dan tipis, dan hanya memberi mereka sedikit hal untuk dikerjakan, dan dengan demikian tidak ada kebutuhan khusus untuk meningkatkan bakat akting mereka untuk berpartisipasi dalam film ini.
Bagus tapi untuk dinikmati sendiri saja
Sesuatu yang berhasil untuk film ini, adalah cara pengambilan gambarnya. Banyak bidikan yang bagus, dan adegan bawah air, yang merupakan sebagian besar dari film ini, dimainkan dengan cukup baik.
Fotografi dan soundscore-nya baik-baik saja, tapi tidak ada yang luar biasa. Jika ini adalah film pertama seorang siswa film, orang mungkin akan mengatakan bahwa dia melakukan pekerjaan yang layak, tetapi ini jelas bukan drama atau film untuk direkomendasikan kepada siapa pun.
