A Shop for Killers seorang mahasiswi diburu para pembunuh bayaran usai kematian pamannya
A Shop for Killers adalah drama terbaru Lee Dong-wook yang tayang di Disney+. Berjumlah 8 episode, drama ini merupakan spin-off dari The Killer’s Shopping List yang tayang tahun 2022.
Cerita A Shop for Killers diadaptasi dari novel yang berjudul “Salinjaui Shopping Mall” karya Kang Ji-young yang terbit pada tahun 2020.
Drama ini ditulis oleh Lee Kwon dan Ji Ho-jin. Lee Kwon juga berkolaborasi dengan No Kyu-yeob sebagai sutradara. Selain Lee Dong-wook, A Shop for Killers dibintangi Kim Hye-jun, Park Ji-bin, Jo Han-sun, Seo Hyun-woo, Geum Hannah, dan Kim Min.
Secara garis besar, serial ini mengisahkan tentang seorang mahasiswi yang menjadi target sekelompok pembunuh bayaran setelah kematian pamannya. Banyak teka-teki terungkap, termasuk keberadaan toko senjata di bawah rumah mereka.
Penuh dengan aksi-aksi seru
Pecinta drama bergenre laga akan senang saat menyaksikan 8 episode A Shop for Killers. Sang sutradara menampilkan banyak sekali adegan aksi yang seru dan intens. Mulai dari aksi bertarung, menggunakan senjata, adegan baku tembak, serta perlawanan amatir namun cerdik dari Jeong Jian (Kim Hye-jun).
Tak perlu menunggu lama untuk melihat bagaimana aksi menegangkan yang disajikan sutradara, pada episode pertama penonton sudah diperlihatkan adegan baku tembak di rumah mendiang paman Jeong Jian, yakni Jeong Ji Man (Lee Dong-wook).
Penempatan adegan tersebut sungguh ciamik, penonton dipertontonkan situasi tegang ketika seorang remaja perempuan sedang terpojok dan bersembunyi dari penembak jitu yang mengincarnya. Namun, keseruan dimulai tatkala Jian mengingat ajaran sang paman lalu merealisasikannya dengan perhitungan yang cermat.
Adegan tersebut menjadi favorit penulis, karena tanpa bertele-tele langsung menunjukkan intrik dari masalah yang sedang dihadapi pemeran utama. Kilas balik yang disajikan pun cukup kreatif dan cerdik. Sutradara memanfaatkan momen tersebut untuk mengeksplorasi karakter penting yang diperlihatkan saat adegan pembuka.
Penempatan kilas balik tersebut diselingi dengan adegan masa kini yang masih memperlihatkan upaya Jeong Jian menyelamatkan diri dari sekelompok pembunuh bayaran. Tidak sendirian, Jian dibantu seorang wanita yang awalnya sempat dicurigai akan membunuhnya, juga seorang teman sekolahnya dulu yang kala itu sedang menemaninya.
Penyajian alur cerita yang padat
Sadar akan durasi yang singkat, Lee Kwon dan No Kyu-yeob dengan lihai memadatkan cerita tanpa menanggalkan satu pun detail dari setiap karakter. Semuanya mendapat porsi yang pas, serta screen time yang merata.
Namun, memang di akhir cerita entah mengapa sutradara tidak menampilkan adegan bertarung Jeong Ji Man dan Bale. Apakah hal itu disengaja?
Selain eksplorasi karakter yang merata, detail dari cerita yang berjalan maju mundur pun disajikan dengan rapi. Tidak ada kekosongan ada adegan yang bolong. Alur cerita terstruktur dan padat, membuat penonton merasa enjoy saat menyaksikannya.
Pengembangan karakter Jeong Jian juga terlihat signifikan, motivasi untuk bertahan hidup begitu kuat. Kemarahan atas kematian keluarganya memupuk kepercayaan diri yang kuat, namun tetap tidak melupakan karakteristik seorang remaja yang lugu.
Visual serta set lokasi yang apik
Bicara soal adegan aksi yang seru, tentu saja tidak luput juga lokasi yang digunakan. Secara keseluruhan, tempat yang paling banyak ditampilkan yakni rumah Jeong Ji Man. Menariknya, rumah tersebut dipenuhi kecanggihan dan sisi pertahanan yang kuat.
Bukan cuma seluruh jendela dan pintu saja yang anti peluru, namun ada tombol otomatis yang bisa mengaktifkan gerbang untuk menutup setiap dinding rumah mereka. Dan tentu semuanya anti peluru.
Visual yang ditampilkan pun begitu apik memperlihatkan situasi menegangkan yang sedang terjadi. Adegan menarik lainnya, yakni saat sekelompok pembunuh bayaran mulai memasuki gudang dengan banyak lemari besi sebagai sekat.
Salah satu karakter bernama Minhye dengan cerdik memanfaatkan tempat tersebut untuk membunuh mereka semua. Meski banyak adegan bertarung yang bertempo cepat, namun sutradara selalu menampilkan detail-detail dengan jelas.
Akting mumpuni dari tiap pemain
Kemampuan akting dari pemain merupakan peranan penting yang bisa dijadikan sebagai indikator dari keberhasilan sebuah drama. Cerita yang kuat, visual yang bagus, dan akting yang mumpuni, menjadi kolaborasi mengesankan dari A Shop for Killers.
Kim Hye-jun dengan apik memerankan karakter Jeong Jian, seorang remaja yang kehilangan satu-satunya keluarganya dan harus bertahan hidup menghadapi serangan tidak terduga dari sekelompok pembunuh bayaran yang mengincar nyawanya.
Akting Lee Dong-wook sebagai Jeong Ji Man tak perlu diragukan lagi. Selain sukses memerankan karakter Ji Man, Lee Dong-wook juga berhasil membangun chemistry yang baik bersama Kim Min (berperan sebagai Pasin).
Salah satu peran yang menarik perhatian, yaitu Minhye, yang diperankan oleh Geum Hannah. Kemampuan bertarungnya yang lihai, rupanya hasil dari didikan Pasin. Namun, masa lalunya tidak sebagus kemampuannya.
Dia seharusnya dibunuh, tapi Ji Man menyelamatkannya. Hutang budi tersebut yang membuat Minhye rela berjuang mati-matian demi melindungi Jian.
A Shop for Killers menjadi sajian drama bergenre aksi yang terasa segar. Sang sutradara dengan kreatif memadukan adegan kilas balik untuk mengeksplorasi setiap karakter yang memiliki ciri khas masing-masing.
Buat kamu yang suka nonton drama aksi, tentu saja A Shop for Killers menjadi rekomendasi teratas yang sayang jika dilewatkan. Tunggu apalagi? Buruan tonton sekarang juga!