Fakta menarik film Dirty Vote yang sudah dirangkum Lewats Film
Siapa dari kalian yang sudah menonton film Dirty Vote. Sebuah film dokumenter hampir berdurasi 2 jam ini mengulas banyak hal tentang kecurangan permilu. Tercermin dari judulnya Dirty Vote yang berarti Pemilihan Kotor.
Banyak pro-kontra yang dituai dalam film. Mulai dari isinya hingga orang yang terlibat dalam pembuatan film. Beberapa hal dna fakta menarik untuk dibahas mengenai film ini. Mungkin ada beberapa orang yang beralih pilihan sejak menonton ini?
Dewan Press meyakini film ini produk jurnalistik dengan riset jurnalis dan data ilmiahnya. Lewats film telah merangkum fakta menarik film Dirty Vote yang cukup viral sejak rilis 11 Februari 2024.
Dipublikasikan secara gratis
Film berdurasi 1 jam 57 menit ini dirilis satu hari saat masa tenang berkampanye di Kanal Youtube PSHK Indonesia. Karena film originalnya terindikasi terkena shadow banned Youtube, dan tidak bisa di cari dengan kata kunci, serta tidak masuk trending walaupun sudah mendulang lebih dari 5 juta penonton dalam sehari.
Sayangnya film ini sudah tidak bisa ditonton sejak penyelenggaraan pemilu 14 Februari 2024. Film ini total 3 hari tayang dengan 9juta kali ditonton. Tapi tenang film ini kembali di Re-UPLOAD di sini -> DIRTY VOTE.
Dirty Vote langsung viral, karena banyak perbincangan tentang isinya yang mungkin sangat frontal tentang pemerintahan Jokowi. Karena isi yang tidak beribang, hal ini bisa saja digunakan sebagai black campaign, merugikan salah satu calon.
Para pelaku pembuat film Dirty Vote
Siapa sih pembuat film yang berani ini? Membuka banyak fakta yang mungkin sebagian besar warga Indonesia belum tahu. Yak betul, Dandy Dwi Laksono. Dirinya juga pendiri rumah produksi Watchdoc Documentary bersama Andhy Panca Kurniawan.
Watchdoc berkolaborasi dengan sejumlah kelompok masyarakat sipil seperti Indonesia Corruption Watch, Greenpeace Indonesia, Jaringan Anti Tambang, dan Aliansi Jurnalis Independen.
Berangkat dari jurnalistik, Dandhy memberanikan diri mengumpulkan 3 ahli hukum untuk membeberkan fakta. Ketiga pakar hukum dan tata negara ini adalah Bivitri Susanti, Zainal Arifin Mochtar, dan Feri Amsari.
Meyakinkan sejak awal, narasi-narasi para pakar ini sangat tertuju pada pembukaan fakta yang runut disertai kutipan-kutipan berita tentang indikasi kecurangan. Namun banyak penonton mulai ragu di fase tengah dan akhir, karena penyajian fakta tidak berimbang.
Bahkan setelah film ini viral di berbagai sosial media, sutradara dan 3 pakar dibongkar habis oleh netizen. Dandhy sang creator pun kerap kali mengkritik pemerintah Jokowi habis-habisan.
Merangkum perjalanan kecurangan pemilu 2024
Banyak informasi menarik dalam film, yang bisa diangkap sebagai pendidikan politik untuk negeri ini. Karena masih banyak orang yang acuh tak acuh dengan politik Indonesia, karena kotornya para petinggi politik.
Pentingnya pendidikan politik di masyarakat, tentang bagaimana strategi politik dalam negeri berkaitan dengan berbagai bidang. Dirty Vote menyampaikan caranya sendiri sebagai peringatan akan kecurangan pemilu terstruktur.
Terlihat sekali, bahwa Dirty Vote menjadi kubu yang tidak mau koalisi pasangan 02 untuk menang. Semua fakta dan data sepanjang film, condong ke arah kecurangan bagaimana sang anak Presiden yaitu Gibran Rakabuming Raka bisa lolos menjadi calon wakil presiden.
Film dimulai dengan data-data pemilihan umum dan perbandingannya. Walaupun menggunakan perbandingan pemilu Amerika Serikat, yang dimana dari sistem ketata-negaraan pun sudah sangat berbeda.
Lalu menggunakan perbandingan dengan pemilu Presiden Indonesia yang sebelumnya, dengan pemilu Gubernur Jakarta yang juga heboh. Jokowi dan Anies merupakan jebola pemilu Jakarta, yang jadi sorotan 2 dekade ini.
Banyak data yang dijelaskan, bagaimana syarat dan tata cara agar bisa terpilih menjadi Presiden. Difokuskan banyak pada persebaran wilayah Indonesia yang sudah menjadi 38 provinsi.
Mellihat persebaran wilayah Indonesia, langsung menuju kebijakan-kebijakan yang diambil Presiden untuk melancarkan strategi politiknya. Bahkankebijakan tentang membegkaknya bansos menjelang pemilu tidak luput dari bahasan.
Hal ini terus memborbardir langkah Presiden RI yang dinilai para pakar ini sebagai langkah kotor untuk pemilu 2024. Lagi-lagi semua fakta memang benar, tapi fakta dari kubu koalisi paslon 01 dan 03, tidak dibuka. Bahkan semua titik berat seakan menyalahkan kubu paslon 02.
Bahkan sampai akhir film, keputusan MK dan runutan persidangan ikut dibahas. Bagian akhir ini terasa obrolan semakin internal. Penjelasan tidak lagi sedetail awal film. Mereka bertiga sudah berkumpul untuk membahas sidak MK yang kontroversial.
Semakin panas menjelang akhir film, ternyata terdapat credit “salam 4 jari” dimana jadi pembuka mata beberapa penonton. Bahkan ada yang mengkaitkan ternyata ini adalah kerjasama antara kubu 01 dan 03 untuk menjegal langkah 02 maju lebih jauh.
Sayang sekali film edukasi politik ini harus dikotori dengan ketidak netralan narasumber dan pakar. Selebihnya penonton sendiri yang bisa menilai.
Cak Imin ikut promosi film ini
Kehebohan tidak hanya sampai di isi filmnya, tapi saat salah satu paslon yaitu Muhaimin Iskandar atau yang kerap disapa Cak Imin yang menjadi calon wakil presiden di kubu 01 meposting di akun X twitternya tentang film ini?
Apakah ini sah? Belum jelas apakah tindakan ini melanggar, karena film ini rilis pada masa tenang berkampanye. Beberapa mendukung bahwa ini hanya edukasi berpolitik, beberapa tidak setuju karena membuat kegaduhan di masa tenang.
Bahkan tindakan Cak Imin ini dilaporkan ke Bawaslu. Mengapa demikian? Kemungkinan Cak Imin ikut mempromosikan film ini, karena bisa mendapat keuntungan dari isi film ini. Di mana kubu 02 terus diserang membabi-buta tanpa fakta berimbang dari kubu 01 dan 03.
Banyak yang mungkin sadar atau lebih teredukasi dengan adanya film dokumenter ini. Walaupun tidak dianggap netral, film ini jadi pembelajaran cerdas, bagaimana sistem tata negara kita yang bobrok.