Prekuel menarik hanya dari 2 karakter
Sekuel film yang terus membuat kita terdiam, A Quiet Place: Day One rilis di bioskop Indonesia pada 26 Juni 2024. Film thriller horor sci-fi ditulis dan disutradarai oleh Michael Sarnoski, berdasarkan cerita yang ia buat bersama John Krasinski.
Ini adalah bagian ketiga dalam serial film “A Quiet Place”, yang berfungsi sebagai spin-off dan prekuel. Film ini dibintangi oleh Lupita Nyong’o sebagai wanita yang sakit parah pada tahap awal invasi di Kota New York oleh makhluk luar angkasa dengan indra pendengaran yang tajam.
Plot serupa dengan film pertama
Plot film ini sekilas memang “bodoh” (saya tidak akan berbicara lebih banyak karena akan ada spoiler) tapi jika kita melihat dan memperhatikan lebih dekat, plotnya berasal dari inti emosional yang dialami/dimiliki oleh Sam (Lupita Nyong’o), yang tidak diperlihatkan tapi dijelaskan dengan cara tertentu.
Namun, bagi saya, plot ini adalah “clickbait” karena tidak sesuai dengan apa yang orang harapkan dari film ini. Seperti judulnya, film ini menunjukkan hari ketika alien tiba di Bumi, tapi tidak menjelaskan pengetahuan tentang hal tersebut.
Tetapi film ini lebih kepada fokus kepada karakter dan cara mereka mencoba bertahan hidup selama hari pertama invasi. Film ini meniru plot dari A Quiet Place pertama dan mengubahnya menjadi miliknya sendiri dan meskipun ada beberapa momen baru yang dibawa ke dalamnya, ada juga beberapa momen yang terasa mirip seperti di film pertama seperti di beberapa adegan pertama film ini, ada satu momen yang meniru dari film pertamanya.
Alur cepat tidak membosankan
Film ini menyenangkan dan tidak membosankan sama sekali. Film ini menggunakan setiap adegan dengan efektif dan efisien dan ketika film berakhir, saya terkejut karena betapa cepatnya waktu berjalan.
Plotnya sederhana dan mudah ditebak, tapi tidak dengan endingnya. Akhir cerita benar-benar tidak bisa ditebak dan saya menyukainya karena ini bukan akhir cerita yang biasa orang harapkan.
Saya sangat menyukainya karena akhir cerita sebenarnya sudah diisyaratkan di sepanjang film melalui ekspresi dan dialog karakter. Tapi saya yakin ending ini akan memicu perdebatan di antara para penggemar dan penonton.
Terbawa emosional karakter
Karena lebih fokus pada karakter daripada cerita atau penjelasan tentang alien, film ini benar-benar menghubungkan kita dengan karakternya, yaitu Sam dan Eric. Namun selain itu, karakter-karakter lain hanya sebagai pelengkap dan tidak memberikan dampak yang besar terhadap cerita.
Jadi, jika kalian ingin melihat Djimon Hounsou atau Alex Wolff beraksi, bersiaplah untuk kecewa. Tapi ada seekor kucing gemoy yang berperan sebagai terapis bagi para Sam dan Eric.
Karena film ini berpusat pada inti emosional dari personal dan bukannya berfokus pada pengetahuan tentang alien dan sebagainya, maka emosi dalam film ini sangat kuat dan beresonansi di sepanjang film, terutama pada paruh kedua film.
Plot film ini dipengaruhi oleh inti emosional dalam karakternya, terutama Sam. Kita dapat merasakan emosi mereka sepanjang film. Pujian untuk Lupita, Joseph dan Michael Sarnoski karena cara film ini mengeksplorasi emosi tersebut, tanpa mengucapkan beberapa kata sangat mengesankan.
Cara Lupita dan Joseph berakting dan penulisan serta penyutradaraan dan “rasa” dari film ini layak untuk dipuji. Dan karena emosi yang ditampilkan, film ini menjadi lebih seperti sebuah cerita emosional daripada sebuah film horor-thriller.
Karena inti emosionalnya yang berat, tense dan suspense yang signifikan dalam film pertama, agak hilang. Dan ketegangan yang ada hanyalah sebuah jumpscare. Ya, memang mengejutkan tapi setelah itu, ketegangannya agak hilang/tidak terlalu terasa.
Sepanjang film, kita tidak akan merasa tegang kecuali ada jump scare. Jika penonton mengharapkan ketegangan/suspense maka mereka akan cukup kecewa dengan film ini karena tidak sesuai dengan dua film pertama, terutama film pertama.
Bahkan dengan skenario film pertama yang hanya terdiri dari sekitar 25 baris dialog suara, kita bisa merasakan nuansa gelap, mencekam, menegangkan, dan suspense di sepanjang film.
Dan film pertama masih bisa menyeimbangkan emosi dan ketegangan dengan sempurna, tidak seperti film ini yang kurang terasa ketegangannya.
Acting menawan para punggawa
Lupita Nyong’o dan Joseph Quinn adalah bintang utama dalam film ini (bagaimanapun juga, film ini hanya menyoroti mereka berdua). Chemistry mereka tak terbantahkan, akting mereka sepanjang film yang menunjukkan emosi dari karakter-karakter yang ada sangat mengesankan.
Tensi menegangkan untungnya terbantu oleh akting mereka karena mereka meningkatkan jump scare dan ketegangan sepanjang film. Film ini menunjukkan bahwa mereka memiliki acting range dan menunjukkan bahwa mereka adalah binatang kelas atas.
Visual menebalkan skema kengerian
CGI dalam film ini sangat luar biasa karena hampir di setiap adegan, CGI-nya sangat bagus dan visual kota dan bangunan yang rusak sangat mengagumkan. CGI pada alien juga sangat bagus dengan perhatian yang besar terhadap detail-detailnya.
Sinematografi film ini juga sangat bagus yang memperlihatkan sebelum dan sesudah invasi alien di New York.
Soundtrack memainkan peran utama dalam film ini karena dengan adanya skor, film ini menjadi lebih baik. Musik, secara umum, juga mempengaruhi plot karena musiklah yang membuat karakter menjadi “hidup”.
Soundtracknya juga bagus karena meningkatkan tense/ suspense film ini. Dan karena film ini menghighlight tentang kediaman/silence maka sound/suara yang ada di film ini membuat penonton merasa lebih tegang seperti suara gesekan, tulisan, dll.
Dengan plot sederhana yang tidak terlalu mendalami pengetahuan tentang alien, film ini adalah waktu yang menyenangkan dengan pacing yang bagus untuk ditonton di mana Anda dapat merasakan emosi dari cerita serta ketegangan dari jumpscare dan akhir yang tak terduga dan kontroversial.
Mungkin tidak sebagus dua seri pertama dan tidak terlalu menegangkan, namun tetap saja ini adalah pengalaman yang seru.