Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang hadirkan masalah si anak kedua
Film drama dari Visinema, Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang adalah sekuel langsung dari Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (2020) dan disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko. Film yang tayang di bioskop Indonesia pada 2 Februari 2023, dan sudah bisa disaksikan di Netflix mulai Juni 2023. ini dibintangi oleh Sheila Dara Aisha, Jerome Kurnia, Lutesha, Rio Dewanto, Rachel Amanda, dan Ganindra Bimo.
Kisah merantau kuliah ke London
Setelah film pertama, Aurora (Sheila Dara) dapat melanjutkan kuliahnya di London. Melanjutkan hidup dengan penuh harapan dan dengan indah menempa jalan meraih mimpinya. Ditambah dirinya menemukan tambatan hati, bernama Jem (Ganindra Bimo). Seniman baru yang sedang naik daun sekaligus senior di kampusnya itu juga merupakan perantau dari Indonesia.
Aurora mendapati masalah dengan Jem dan hampir menghancurkan hidupnya di tengah perantauan. Dalam masa sulitnya, Aurora dibantu kedua sahabatnya; Honey (Lutesha) dan Kit (Jerome Kurnia) untuk tinggal bersama di apartemen mereka. Masalah Aurora ternyata membuat dirinya hilang kontak dengan keluarganya di Indonesia.
Dua bulan tanpa kabar membuat Angkasa (Rio Dewanto) dan Awan (Rachel Amanda) menyusul Aurora ke London. Terkejut dengan kondisi Aurora yang berantakan, ditambah kenyataan bahwa ia mengubur mimpi-mimpi yang terpaksa hancur akibat kekerasan mental yang dilakukan Jem padanya. Namun, apakah pulang merupakan jawaban dari perjalanan panjang Aurora?
Perlihatkan kerasnya hidup perantauan
Jalan Yang Jauh Jangan Lupa Pulang, ibarat penambah kelengkapan cerita, bagaimana sang anak kedua akhirnya pergi dari rumah mencari kebebasannya dalam perantauan. Jika kalian melihat film pertama, Aurora yang tidak terlalu mendapat perhatian akan minat dan bakatnya terhadap seni.
Di sini fokus pada Aurora lebih terasa. Apalagi akting Sheila begitu ciamik dengan semua ekspresinya. Bukannya bebas untuk mengeksplorasi hidupnya, masalah dalam dunia perantauan ternyata lebih kompleks. Mendapat teman baru di lingkungan baru. Walau ini menguatkan stereotip, orang-orang Indonesia berteman dengan orang-orang Indonesia juga di luar negeri.
Seringkali memang kisah cinta, menjadi hambatan utama dalam hidup seseorang. Tidak melulu soal uang. Kali ini lebih ke arah perasaan dan waktu. Waktu kuliah Aurora yang kiranya menjadi inti permasalahan, ketika Angkasa dan Awan yang akhirnya menyusul ke London. Masa kuliah di London yang terbengkalai akibat masalah percintaan, terlihat template. Tapi sisi lain dari masalah yang menumpuk, membuat kita mencerna film ini sebagai gudang tumpukan pikiran Aurora.
Penting kewarasan dalam bertahan hidup
Walaupun menanggung kewajiban untuk lulus, karakter Aurora yang bisa dibilang pendiam di sini, harus tetap waras dalam masalah yang menimpanya. Hidup jauh dari keluarga dan tempat asalnya, membuat jiwa natural manusia untuk bertahan hidup nampak jelas. Dimulai dengan masalahnya dengan Jem, membuat perasaannya campur aduk.
Jika dilihat dari permukaan, masalah Aurora terlihat sederhana dan mudah. Tapi situasi yang tidak terlihat yang akan dijelaskan di akhir, menjadi kunci murungnya Aurora di sepanjang laga. Bersandar pada dua sahabatnya, jadi satu-satunya jalan keluarnya. Ibarat sebuah pesan, jika mempunyai masalah mendalam kalian harus cari orang lain, bukan hanya sekedar meminta bantuan, tapi untuk menyeimbang kewarasan di saat-saat genting.
Latar belakang jauh dari keluarga kandung, mungkin sedikit tampil di layar. Keluarga kedua yaitu teman dekat, tampil sebagai pendukung bagaimana perasaan dalam kondisi jauh dari rumah dan lingkungan asal. Perbedaan budaya yang tak nampak, tak menjadi hal besar untuk masalah Aurora.
Peran tambahan penyempurna konflik
Jem dari Bimo memang juara sebagai penimbul konflik. Karakternya yang selalu cocok sebagai antagonis. Sebenarnya Jem di sini bukanlah antagonis sepenuhnya. Latar belakang yang dijelaskan sedikit, juga membuat karakternya meledak-ledak seperti itu. Membuat sang karakter utama kelimpungan dengannya.
Sebagai peran utama di film kedua, Aurora yang tidak lagi bersama kayak adiknya (walau hanya sebentar). Peran tambahan khususnya Honey dan Kit, sahabatnya di London, menjadi saksi nyata bagaimana si anak kedua menghadapi sulitnya bertahan dalam masalah, dan menjadi tumpuan bagi Aurora. Dua sahabat Aurora ini, terlihat dalam beberapa adegan, terutama saat Aurora pindah ke apartemennya.
Dan bagaimana Kit bagai menggantikan peran sang kayak, memberi apapun yang dirinya bisa. Memberi pekerjaan sementara untuk membantu kuliahnya, bahkan hingga menyewakan studio seni. Mungkin hal sederhana harian yang kita hanya bisa rasakan, jika kita hanya memiliki mereka dan tidak ada siapa-siapa lagi untuk pergi dan bersandar.
Latar apik tidak norak
Angga Dwimas Sasongko berhasil membuat Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang menyenangkan dalam segi visual. Mengambil latar tempat London, film Indonesia satu ini tidak terlihat norak dan berlebihan. Seringkali film Indonesia menampilkan ikon dan landmark kota di luar negeri, seperti menunjukkan bahwa mereka melakukan syuting di sana.
Hal ini dipatahkan dalam film ini yang fokus akan masalah inti. Hanya latar-latar sederhana, seperti apartemen, kelas, dan ruang-ruang penting mendukung adegan. Bahkan tidak banyak peran lokal London terlihat. Semua hal yang berkaitan Aurora di London sudah nampak jelas dan lugas.
