Review Film – Kembang Api (2023)

Kembang Api cermin versi jepang yang mulus

Remake dari Falcon Pictures sangat mewakili dalam versi Indonesianya. Kembang Api yang disutradarai oleh Herwin Novianto, membawa 4 karakter yang diperankan Marsha Timothy, Donny Damara, Hanggini, dan Ringgo Agus Rahman. Cerita yang dibuat sama persis mungkin jadi hal baik agar tidak merusak esensi keutuhan cerita

Falcon Pictures terbilang cukup berani mengambil genre film drama unik seperti ini. Tiap film remake atau reboot pasti selalu terdapat pembanding dengan film asli nya ‘3 Feet Ball & Souls’ karya Yoshio Kato. Film yang berjarak lebih dari 5 tahun tidaklah mudah menyamakan masalah dimana kita telah dilanda pandemi yang mengubah banyak hal dan sudut pandang tiap individu.

Membawa 4 masalah berbeda 

Dari 4 peran yang ingin bunuh diri ini, membawa masalah yang sama dengan film aslinya. Dari mulai seorang bapak dengan nama samaran Awan Mendung dari Donny Damara. Dirinya terpaksa bunuh diri demi uang asuransi yang bisa menghidupi keluarganya. Lalu seorang ibu Ular Putih dari Marsha Timothy yang depresi karena anaknya meninggal karena kecelakaan.

Kembang Api (2023)
Kembang Api | © Falcon Pictures

Ada seorang pria Anggrek Hitam dari Ringgo Agus Rahman yang menyerah akan pekerjaannya seorang dokter karena traum. Dan terakhir ada siswi sekolah bernama Anggun dari Hanggini yang merasakan bully berlebihan di sekolahnya. 

Di setiap masalah, pasti mewakili dari setiap generasi khususnya sampai remaja dan masa orang tua. Walaupun membawa masalah yang sama dengan film aslinya, semua masih relevan dengan masalah yang membuat orang depresi. Hal yang begitu besar bergejolak, tanpa mengaitkan dengan kesehatan mental yang belakangan marah jadi alasan generasi milenial dan gen Z.

Cerita menarik di latar sederhana
Kembang Api (2023)
Anggrek Hitam, Awan Mendung, dan Ular Putih | © Falcon Pictures

Sepanjang film kita akan disajikan 4 orang berdialog dalam sebuah gudang tua dan gelap. Hanya dengan 1 prop lampu ikonik yang menjadi tanda awal time-loop. Cerita bunuh diri disajikan dengan ringan dan tidak disangka juga bisa menghibur. Dialog-dialog begitu dalam dari tiap karakter mengalir seiring dengan seringnya time-loop yang mereka alami.

Mengalami bunuh diri berulang, mungkin hal yang tidak mau kita rasakan. Rasanya mati dalam ledakan harus mereka rasakan, dan kembali lagi ke titik awal mereka bertemu. Sedikit latar belakang mengapa mereka bertemu dalam grup kembang api tidak dijelaskan secara gamblang. Namun, hal ini yang membuat semakin menarik.

Pembukaan background story dari masing-masing karakter menjaga drama ringan ini untuk tidak membosankan dengan genre time-loop nya. Pengalaman hal bunuh diri yang berulang jadi dorongan mereka untuk terbuka. Menyenangkan dengan pembawaan masing-masing karakter yang sangat mewakili.

Kembang Api (2023)
Anggun | © Falcon Pictures

Akting para cast begitu apik. Apalagi Donny Damara seperti ayah yang begitu santai. Semua mewakili peran keluarga, ayah, ibu, kakak, dan adik. Sedikit kontradiktif dengan karakter Anggun. Siswi SMA yang di-bully. Sikapnya tidak menunjukan seorang yang mengalami trauma untuk bullying. 

Tapi semua interpelasi tentang trauma memang tidak bisa digeneralisasikan. Sama halnya dengan dokter yang trauma saat gagal mengatasi pasien. Karena semua manusia pun pernah gagal. Plot yang cenderung lambat, mengalir dengan santai dan menyenangkan. Sedikit ketegangan dari bola kembang api yang harus meledak terus berulang.



Movie Info

Scroll to Top