Mother of The Bride, calon besanku ternyata adalah mantan ayahku
Mother of the Bride berada pada posisi ketiga dari top 10 movies Netflix. Mengambil genre komedi romantis, film ini banyak menampilkan adegan-adegan lucu nan hangat tentang seorang ibu yang harus berhadapan dengan masa lalunya ketika mempersiapkan pernikahan anaknya.
Film yang disutradarai Mark Waters ini naskahnya ditulis oleh Robin Bernheim. Mother of the Bride dibintangi Brooke Shields, Miranda Cosgrove, Sean Teale, Chad Michael Murray, Rachael Harris, dan Benjamin Bratt.
Ceritanya mengikuti seorang perempuan muda bernama Emma (Miranda Cosgrove) yang kembali ke rumah dan mengejutkan ibunya, Lana (Brooke Shields) dengan kabar bahwa dia akan menikah sebulan lagi di sebuah resor di Phuket, Thailand.
Keadaan menjadi lebih buruk ketika Lana mengetahui bahwa calon suami Emma, RJ (Sean Teale) adalah putra Will (Benjamin Bratt), pria yang menghancurkan hatinya saat masa kuliah dulu. Lantas, bagaimana nasib pernikahan anak mereka? Apakah Lana dan Will akan kembali bersama?
Lika-liku Persiapan Pernikahan
Film ini menampilkan rentetan yang dialami calon pasangan muda saat mempersiapkan pernikahan. Pernikahan Emma dan RJ mendapat sponsor penuh, mulai dari lokasi sampai pemilihan gaun. Bahkan mereka diberikan daftar agenda apa saja yang dilakukan oleh seorang manajer bernama Camala (Tasneem Roc).
Meski begitu, konflik mulai dibangun ketika Camala mulai mengatur segala hal yang menurut Lana bertentangan dengan keinginan putrinya sendiri. Lebih dari apapun, Lana ingin Emma memilih segala hal yang dia sukai untuk hari pernikahannya.
Dari situ masalah kemudian berkembang, mulai dari gaun yang dipakai sang ibu, teman-teman Emma yang menunjukkan rasa tidak nyaman, hingga situasi pelik antara Lana dan Will. Semua itu membuat beban pikiran Emma bertambah hingga dirinya mulai stress dan semakin emosi.
Adegan-adegan tersebut seolah memberi gambaran betapa ribetnya mempersiapkan pernikahan. Keinginan dalam diri yang bentrok dengan aturan sponsor membuat Emma merasa tertekan. Walau pada akhirnya dia mampu menyelesaikannya dengan baik.
Satu hal yang menjadi perhatian adalah dukungan yang diterima Emma dari pasangannya, orang tuanya, serta keluarganya yang lain. Oleh karena itu, meski sempat hilang arah, Emma mampu menemukan jalannya kembali.
Konflik Klise yang Dibalut dengan Humor
Sejujurnya tidak ada yang begitu spesial dari film ini, keseruan hanya dinikmati sepanjang filmnya dimulai. Setelah selesai, penonton akan cepat melupakannya.
Konfliknya pun bisa dibilang klise, tentang cekcok orang tua-anak yang kemudian bisa berdamai setelah mengalami musibah kecil. Lalu, sang anak mulai menyadari pentingnya kehadiran ibunya dan perlahan berubah.
Meski begitu, humor yang disajikan cukup menghibur. Apalagi yang mencuri perhatian adalah orang tua Emaa dan RJ. Keduanya bertemu kembali dan menyelesaikan masalah mereka yang belum selesai.
Perpisahan yang terjadi bertahun-tahun lalu akhirnya bisa terselesaikan dengan baik. Walaupun sutradara menambah sedikit bumbu konflik lagi ketika semuanya hampir usai.
Visual yang Tampil Ceria dan Penuh Warna
Satu hal yang menarik perhatian adalah sajian visualnya yang penuh akan keceriaan. Lokasi yang dipilih sangat cocok untuk menggambarkan cerita film ini. Riuh, ramai, dan penuh warna.
Sangat sesuai dengan lika-liku yang dihadapi calon pasangan muda, Emma dan RJ. Kemudian visual pantai yang ditampilkan pun sangat menggoda penonton untuk turut serta menikmati suasana tersebut. Indah dan menyejukkan.
Film ini juga tidak hanya berfokus pada kisah cinta calon besan saja, melainkan hubungan persahabatan mereka. Senang rasanya melihat langgengnya pertemanan para orang tua. Menyaksikan mereka menikmati keindahan pantai sembari bernostalgia ketika jaman kuliah dulu.
Secara keseluruhan memang tidak ada yang baru dari Mother of the Bride, namun tetap saja film ini masih memberikan tingkat keseruan yang baik untuk penonton. Cocok, nih, buat kamu yang suka genre romcom!