New Normal sebuah antologi mini thriller saling berkaitan
New Normal sebenarnya sudah dirilis di negaranya Korea Selatan sejak November 2023 dan akhirnya tayang di bioskop Indonesia mulai 10 Januari 2024 dari CBI Pictures.
Film horor thriller yang disutradarai oleh Jung Bum-shik yang pernah menangani film horor lain seperti Gonjiam: Haunted Asylum, Horror Stories 1 dan 2.
Film ini berlatar tahun 2022 di Seoul, Korea Selatan, dan menceritakan tentang sekelompok orang yang mengalami ketakutan dan kecemasan ditambah maraknya kasus pembunuhan yang mengincar siapa saja.
Ketakutan-ketakutan ini mulai menjadi bagian dari rutinitas mereka dan mulai mengganggu kehidupan mereka. Seorang wanita Hyun-jung (Choi Ji-woo) hidup sendirian pun menjadi was-was akan berita yang mengerikan.
Beberapa tokoh lain di film ini, seperti Hyun-soo (Lee Yoo-mi), Yoo Hoon (Minho), Gee-jin (Pyo Ji-hoon), Yeon-jin (Ha Da-in), dan Seung-jin (Jeong Dong-won) secara tidak langsung juga merasakan imbasnya.
Kisah-kisah dari tokoh-tokoh ini saling terhubung dan membentuk sebuah gambaran yang lebih luas tentang ketakutan dan kecemasan yang dialami oleh masyarakat modern. Film ini mengeksplorasi tema-tema seperti kesepian, keputusasaan, dan pentingnya hubungan manusia.
Antologi mini mengerikan
Jadi salah satu film terlaris Korea di akhir tahun 2023, banyak yang memuji film thriller ini. Bahkan New York Times ditulis “New Normal adalah film yang wajib ditonton bagi penggemar film horor dan thriller.”
Dengan memisahkan tiap karakter dan masalahnya, membuat pecahan film seperti melihat antologi berbeda. Dengan berpusat di genre thriller, kita pasti akan menebak di mana kengerian akan terjadi.
Sejak chapter pertama, kita sudah disuguhi pembunuhan mengerikan. Sehingga itu jadi patokan bahwa kisah pembunuhan berikutnya akan setara atau lebih menyeramkan.
Di setiap chapter, kita selalu menyiapkan jantung untuk adegan seram menanti. Kejeniusan Jung Bum-shik meracik kepingan cerita sangat berbeda satu sama lain. Konflik tiap chapter cukup jauh, namun masih dalam satu koridor.
Jembatan antar cerita tipis tapi menarik
Pembagian chapter atau bagian yang tidak seimbang mungkin sangat terasa. Semua bagian tampil cepat dan tak terele-tele. Ketegangan dan pikiran kita akan terhipnotis dengan pertanyaan “ini si pembunuh atau korban”.
Perpindahan antar bagian lebih acak tanpa alur jelas. Kita harus merangkai kepingan puzzle sebagai jembatan antar bagian. Tenang saja, semua akan mudah terbaca walau jembatannya setipis tisu.
Itulah yang menjadi menarik, kita kan terus berpikir apa hubungannya kejadian A dengan kejadian B, begitu pula dengan kejadian selanjutnya.
Merangkai semua masalah berbeda tampaknya sulit, tapi kita di sini akan lebih fokus dengan adegan mengerikan. Siap-siap gregetan, emosi, dan menghela nafas di tiap jembatan antar bagian yang kalian temukan.
Keragaman karakter menghadapi kehidupan modern
Antologi dengan berbagai karakter berhasil walau tidak seimbang. Masalah tiap karakter dibangun dengan cepat. Semuanya hanya berfokus pada bagian yang mereka jalani, tanpa latar belakang berlebih, kita akan masuk ke dalam kecemasan mereka.
Dengan setting tengah kota, menunjukkan bagaimana tiap karakter menghadapi situasi tak terduga. Dari mulai kisah romansa, pertemanan, sampai pekerjaan. Bahkan sampai akhir kita masih berpikir dan menebak-nebak motif dan segala awal mula.
Efek selalu berhasil memacu jantung
Tidak hanya dari tampilan yang menipu, bak drama yang berakhir mulus, tapi semua berakhir tragis. Alunan tiap cerita terkesan menipu dengan banyak opsi penyelesaian ke segala arah.
Shoot-shoot dramatis akan membuat kalian menahan nafas di banyak bagian. Dengan permainan timing , semakin tak sabar menunggu apa yang akan terjadi. Hampir di setiap chapter, plot twist tersaji mengacaukan tebakan kita.
Perbedaan perspektif di tiap karakter, membuat cara kita melihat alur tiap chapter pun berbeda. Perasaan campur aduk, bingung, dan penasaran jadi hal yang paling menonjol saat menonton film ini, bahkan sampai detik terakhir.
