Peter Pan & Wendy semua melenceng dari dogeng masa kecil
Peter Pan & Wendy yang merupakan adaptasi live-action dari film animasi Walt Disney tahun 1953, Peter Pan, yang didasarkan pada drama tahun 1904, “Peter Pan the Boy Who Wouldn’t Grow Up” the Boy Who Wouldn’t Grow Up. Peter Pan & Wendy tayang perdana di Disney+ pada 28 April 2023.
Film petualangan fantasi yang disutradarai oleh David Lowery dari skenario yang ditulisnya bersama Toby Halbrooks. Jim Whitaker berperan sebagai produser dalam produksi Walt Disney Pictures.
Petualangan awal Wendy ke Neverland
Wendy Darling (Ever Anderson) menghabiskan malam terakhirnya di rumah bersama orang tuanya, George (Alan Tudyk) dan Mary (Molly Parker), serta kedua adik laki-lakinya, John (Joshua Pickering) dan Michael (Jacobi Jupe), sebelum pergi ke sekolah asrama keesokan harinya.
Wendy tidak senang dengan kepergiannya, dan mengatakan kepada ibunya bahwa dia tidak ingin tumbuh dewasa. Malamnya, Peter Pan (Alexander Molony) muncul. Setelah mendengar keinginan Wendy, dia menyatakan bahwa dia datang untuk membawanya ke Neverland di mana dia tidak perlu tumbuh dewasa. Dengan bantuan peri Tinker Bell (Yara Shahidi), Wendy, John, dan Michael terbang ke Neverland.
Setibanya di sana, mereka diserang oleh kapal bajak laut yang dipimpin oleh Kapten Hook (Jude Law), yang ingin membalas dendam kepada Peter karena telah memotong tangan kanannya dan melemparkannya ke seekor buaya.
Kapten Hook dan rekannya, Mr. Smee (Jim Gaffigan), menembaki mereka dengan meriam, menyebabkan mereka jatuh dari langit, dan Wendy terpisah dari Peter dan saudaranya. Dia kemudian bertemu dengan Tiger Lily (Alyssa Wapanatâhk) dan Tootles Lost Boys (Caelan Edie), dan menyaksikan bajak laut menangkap John dan Michael.
Peran besar Wendy dalam petualangan Neverland
Penguatan plot pada perempuan terlihat jelas dalam Peter Pan & Wendy kali ini. Seperti membuang putri duyung yang cengeng, secercah cinta segitiga dengan Tiger Lily dan hampir semua hal menarik yang pernah dilakukan oleh Tinkerbell, termasuk beberapa kali usahanya untuk membunuh Wendy.
Sebagai gantinya, judul film ini bisa saja dibalik menjadi Wendy & Peter Pan. Atau bahkan Wendy, Tinker Bell, Tiger Lily & Peter Pan. Khususnya Wendy, yang diperankan Anderson tampil memukau sebagai karakter penting dalam cerita ini yang menemukan kekuatannya sendiri selama film berlangsung.
Dalam dunia magis ini, para gadis memiliki kekuatan dan mewakili karakter utama yang dibutuhkan untuk menyelamatkan anak laki-laki dalam kehidupan mereka. Semua hal yang nampaknya berubah dari dongeng menjadi 2 mata pisau untuk penikmat Peter Pan. Apalagi banyak peran melenceng tidak sesuai dengan sosok mendarah-daging dalam ingatan anak dengan dongeng Disney-nya.
Walaupun plot besar petualangan Wendy dalam Neverland tampil menyenangkan, banyak pertanyaan tentang penyesuaian baru ini. Pilihan bajak laut sebagai rival abadi Peter Pan, tidak terlalu mengganggu. Tapi lagi-lagi sajian petualangan menjadi lebih kasar dan terlalu berputar untuk dinikmati semua umur.
Ada sindiran “Peter Pan” yang benar-benar subversif yang dapat dibuat dari hubungan Peter-Tinkerbell dalam film ini: ia adalah seorang wanita kecil dan bisu yang pada dasarnya tidak dapat menyelesaikan apa pun kecuali ia menggunakan anak laki-laki karismatik yang menolak untuk tumbuh sebagai alatnya.
Visual gelap menghancurkan mimpi indah dogeng menyenangkan
Lowery jelas mengagumi tampilan kartun tersebut. Dia dan sinematografer Bojan Bazelli memberikan penghormatan dengan penggunaan langit yang lebih gelap, bayangan yang mencolok, sudut kamera yang tak terduga dan palet warna yang indah berkilauan seperti permata di dalam gelapnya gua. Namun, pilihan-pilihan yang bermaksud baik ini berjuang untuk menyatu menjadi sebuah gambar yang memuaskan.
Klimaks pelipur laga dari parahnya setiap aspek
Ironisnya, Peter Pan & Wendy tidak memiliki semangat anak muda. Meskipun Lowery jelas sangat cocok dengan elemen melankolis dari narasinya, namun pemahamannya akan keanehan tidak sekuat itu. Alih-alih masuk ke dalam mode petualangan begitu anak-anak sampai di Neverland, film ini justru melunak menjadi bagian tengah yang membosankan.
Klimaks yang penuh aksi, yang juga berfungsi sebagai sesi terapi bagi para karakter utama, memiliki gambaran-gambaran yang seperti mimpi dan memberikan Kapten Hook jalan keluar yang memuaskan yang sesuai dengan inkarnasinya.