Scary Stories to Tell in the Dark adaptasi buku bikin merinding
Scary Stories to Tell in the Dark penuh dengan teror yang bersumber dari sebuah tulisan menjadi sebuah kenyataan mengerikan. Banyak ketegangan yang disajikan begitu padat dengan cerita. Kemungkinan durasi film yang tidak begitu panjang, membuat delivery cerita tidak sepenuhnya sampai ke penonton. Tidak semua penonton membaca novel sebelumnya.
Namun film horror murni ini patut menjadi antisipasi film horror kalian, mengingat tidak banyak lagi film horror yang tidak ada unsur thriller dan pembunuhan di dalamnya. Segala misteri dapat kalian temukan dalam film, sayangnya tidak didukung peran apik dari para pemainnya. Beberapa kekecewaan dan ketakjuban akan bercampur saat menonton film ini.
Scary Stories to Tell in the Dark merupakan film murni horror yang tidak ada unsur kekerasan seperti thriller horror lainnya. Mungkin ini akan lebih mirip dengan sebuah cerita IT karya Stephen King dengan genre horrornya. Sang sutradara André Øvredal cukup baik dalam mengarahkan film menjadi cerita hantu di tengah marahnya film thriller dan pembunuhan yang ditunggu. Beberapa cerita yang diangkat penulis Alvin Schwartz sangat baik pada dasarnya mendalam dari setiap sudut karakter berbeda.
Dobrakan pembuka waralaba
Scary Story to Tell in The Dark merupakan buku pertama dari trilogi buku horror karya Alvin Schwartz. Ini kemungkinan menjadi debut pembuka franchise Scary Stories. Sebuah legenda mengenai Sarah Bellow yang menulis cerita horror yang menjadi sebuah kenyataan mengerikan. Semua cerita Sarah menjadi mitos di sekitar kota, dan disimpan dalam buku di rumah tempat keluarganya dulu tinggal.
Pada satu kesempatan, kelompok pemuda menemukan buku Sarah tersebut dan menjadi malapetaka bagi mereka, dan cerita horror yang ditulis Sarah menjadi kenyataan. Sangat menegangkan mengingat mitos dari cerita-cerita horror dikalangan anak dan legenda daerah setempat cukup mengerikan jika terjadi pada dunia nyata.
Film debut dari novel Alvin ini dibuka dengan baik, dan masih penuh dengan misteri yang mungkin akan terkuak di film selanjutnya. Namun dalam film pertama ini masih banyak cerita yang terlalu singkat dan cenderung men-deliver cerita terlalu terburu-buru, sehingga beberapa ketegangan tidak begitu terasa. Beberapa adegan yang harusnya bisa menjadi kunci dan penuh ketegangan ditampilkan begitu singkat. Dari sisi buku Sarah, dan sisi dunia nyatanya.
Tampilan ambigu selalu jadi garda terdepan misteriusitas
Beberapa kelebihan film dari segi cinematography dan latar tempat yang cukup baik, mengambil latar kota kecil yang tidak banyak orang yang terlibat. Latar hutan jagung yang melegenda dengan scarecrow juga ikut dalam cerita film. Namun keindahan cinematography tidak didukung dengan editan dan angle camera yang apik.
Beberapa sudut pandang kamera yang kurang enak, dan tidak bisa memaksimalkan unsur seram dari sosok tiap cerita. Cenderung film ini malah menonjolkan sound effect untuk memberi ketegangan dan jump-scare pada tiap adegannya. Hal itu sudah tidak terlalu diterima oleh penonton jaman sekarang.
Pemilihan pemain pada film ini menjadi sisi buruk tersendiri. Padahal harusnya anak-anak bisa menjadi objek yang amat sangat cocok untuk film horror. Namun para pemain 4 sosok pemuda dan peran pendukung tidak membawa kita ke situasi menegangkan dalam film.
Mungkin karena durasi setiap cerita karakter terlalu singkat. Hanya Stella yang perannya sangat sentral membawa cerita lebih hidup, dan sisanya tidak terlalu membantu dari sisi menghidupkan cerita dan ketegangan yang akan disuguhkan sutradara. Mungkin keterbatasan budget dari film untuk aktor, namun promosi film ini cukup gencar di kancah internasional.
Ending cerita film horror yang kalian nantikan tersaji dalam film ini. Film horror ini tidak cukup recommended untuk mengisi minggu kalian. Mungkin karena ini film debut, akan ada kejutan lain di pengembangan film selanjutnya. Apakah film selanjutnya akan muncul, melihat kurang gregetnya pada film pertama ini?