Review Film – The Little Mermaid (2023)

The Little Mermaid berhasil suguhkan live action musikal menyenangkan.

Film live-action dari Disney Princess yang sudah ditunggu-tunggu, sebuah fantasi musikal disutradarai oleh Rob Marshall dari skenario yang ditulis oleh David Magee. Diproduksi bersama oleh Walt Disney Pictures, DeLuca Marshall, dan Marc Platt Productions, film ini merupakan adaptasi live-action dari film Walt Disney Animation Studios tahun 1989 dengan judul yang sama, yang secara longgar didasarkan pada dongeng tahun 1837 dengan judul yang sama oleh Hans Christian Andersen.

Syuting film ini pada akhirnya dilakukan di Pinewood Studios di Inggris dan di pulau Sardinia, Italia, dari Januari hingga Juli 2021. The Little Mermaid tayang perdana di Dolby Theatre di Los Angeles pada tanggal 8 Mei 2023, dan dijadwalkan untuk dirilis di bioskop Indonesia pada 24 Mei 2023.

Mengisahkan seorang putri duyung Ariel (Halle Bailey) muda membuat kesepakatan dengan penyihir laut Ursula (Melissa McCarthy) untuk menukar suaranya yang indah dengan kaki manusia agar ia dapat mencapai dunia di atas air dan menemukan seorang pangeran yang dirinya cintai Eric (Jonah Hauer-King).

The Little Mermaid (2023)
Ariel (Halle Bailey) – The Little Mermaid (2023) | © Disney
Si anak rebel ciri khas princess Disney

Masih dengan cetakan cerita sama, Ariel anak dari King Triton (Javier Bardem) jadi anak paling susah diatur. Walaupun cerita ini sering digunakan untuk memperjelas siapa princess yang paling dikagumi, suasana kerajaan lautan menjadi pembeda dalam The Little Mermaid. Ariel yang senang untuk menjelajah lautan dan berkeinginan untuk menjelajah daratan, membuatnya begitu sulit diatur, karena sang ayah sangat benci daratan.

Latar belakang pembangkangan ini, karena sang ibu dari Ariel mati karena ulang manusia daratan. Plot yang begitu cepat membuat karakter Ariel. Tidak demikian dengan para saudaranya Perla (Lorena Andrea), Indira (Simone Ashley), Mala (Karolina Conchet), Tamika (Sienna King), Karina (Kajsa Mohammar), Caspia (Nathalie Sorrell). Total anak King Triton ada 7 termasuk, yang mewakili 7 lautan atau samudra. 

The Little Mermaid (2023)
Ariel bersama Scuttle dan Flounder – The Little Mermaid (2023) | © Disney

Karakter inti Ariel dibuat menyenangkan penuh jiwa petualangan. Walaupun tidak memiliki kekuatan seperti sang ayah. Hal ini membuat konflik di belakang menjadi lebih menyenangkan. Ariel hanya bisa bernyanyi. Agak aneh sih, bagaimana mengeluarkan suara di dalam air? Ya.. itulah mermaid, tidak memiliki air mata, tapi memiliki suara dalam air.

Pertemuan dengan soulmate awal mula petaka

Prince Eric membangkitkan motivasi Ariel untuk pergi ke daratan. Setelah bertemu dengan manusia yang baik, berbeda dengan cerita ayahnya, Ariel mencari cara bagaimana dirinya bisa lebih bandel dan bisa naik ke daratan. Tidak hanya naik ke daratan, dirinya menginginkan siripnya menjadi kaki. Jika dipikir-pikir, agak aneh ya…bayangkan ikan bermimpi punya kaki dan jalan-jalan di daratan.?

Cinta dua dunia ini menjadi inti permasalahan di film The Little Mermaid. Sama persis seperti di cerita kartun Disney. Bagaimana akhirnya Ariel bertemu penyihir laut Ursula (Melissa McCarthy). Tidak banyak penampilan Ursula dalam film, hanya saat-saat krusial. Melissa yang biasa kita lihat di film komedi, cocok dengan karakter Ursula yang licik, tetap mengundang tawa beberapa kali.

The Little Mermaid (2023)
Prince Eric (Jonah Hauer-King) dan Ariel (Halle Bailey) – The Little Mermaid (2023) | © Disney

Kembali ke percintaan Ariel dan Eric, keduanya saling mencari dan pastinya dengan lika liku yang bikin kita gregetan. Untuk mendukung alur kisah cinta mereka, Disney tetap menggunakan karakter hewan ikan bernama Flounder (disuarakan oleh Jacob Tremblay) dan pelayan setia King Triton berupa kepiting laut, Sebastian (disuarakan oleh Daveed Diggs), dan Scuttle (disuarakan oleh Awkwafina) seekor burung penyelam.

Disney menggugurkan imajinasi visual namun tidak dengan suara

Kontroversi yang sempat marak ketika pemilihan karakter ariel yang identik dengan rambut merahnya. Banyak sekali kontroversi dari Disney mengubah banyak karakter tidak sesuai dengan visual masa kecil kita. Seperti Tinkerbell dan peri Pinnochio menjadi hitam, PeterPan menjadi Indian, dan masih banyak lagi. Beberapa perusak imajinasi ini tidak baik hanya untuk kepentingan tertentu.

Kali ini The Little Mermaid, memakai Halle Bailey sebagai Ariel, sedikit banyak mengundang banyak tanya. Jangan kecewa dulu, walaupun tidak mewakili 100% visual Ariel kartun, suara Halle sangat mewakili Ariel. Bagaimana keindahan di setiap nyanyiannya begitu menyenangkan, baik di lautan maupun di darat.

Pertanyaan bukan muncul dari Ariel kali ini. Saat kalian melihat seluruh film, beberapa elemen dikurangi dan ditambah untuk penyesuaian plot live action. Bagaimana Ursula yang awalnya penduduk lautan biasa, menjadi adik dari King Triton. Lalu ibu dari Eric, sang ratu seorang kulit hitam. Ratu kulit hitam, dengan gaya Eropa? Disney semakin aneh dan mengada-ngada. 

Terakhir adalah hilangnya Chef Louis, yang seharusnya menguatkan konflik kekejaman manusia yang ditakuti bangsa lautan. Chef Luois yang terobsesi memasak makanan laut, tidak muncul di film live action kali ini.

Elemen ikonik dari asalnya tetap muncul
The Little Mermaid (2023)
Prince Eric (Jonah Hauer-King) dan Ariel (Halle Bailey) – The Little Mermaid (2023) | © Disney

Nyanyian Ariel di awal laga, membangkitkan nuansa nostalgia menonton kartunnya pada tahun 90an dulu. Bagaimana Ariel bersama Flounder mengumpulkan barang-barang manusia, dan menyanyikan “Part of your World”, menguatkan keinginan Ariel untuk menjelajahi dunia daratan.

Nyanyian Ariel di batu karang dengan ombak, dan dirinya duduk saat matahari terbenam. Hal yang tak terlalu sulit diwujudkan dalam live action, jadi hal ikonik yang ternyata berhasil. Puncaknya adalah saat Ariel dan Eric berdua dalam sekoci kecil di laguna, dan para ikan bawah air membentuk cahaya dan percikan air. Hal yang cukup sulit, tapi sekali lagi Disney berhasil dengan CGI yang memang selalu ciamik.


Movie Info

Scroll to Top