
The Wasteland di tempat antah berantah anak dan ibu bertahan dari teror misterius
The Wasteland atau dengan nama Spanyol El Páramo adalah film horror triler serta drama dari Spanyol ini rilis pada 21 Oktober 2021. Film ini rilis secara global melalui Netflix pada 6 Januari 2022.
Disutradarai David Casademunt tayang perdana di Sitges Film Festival 2021 di Catalunya, Spanyol yang merupakan festival film khusus bergenre fantasi dan horor. Ini juga merupakan debut David Casademunt penyutradaraan serta berperan sebagai penulis dibantu oleh Fran Menchón, and Martí Lucas.
Belatar pada abad ke-19, hidup keluarga kecil dengan sang ayah Salvador (Roberto Álamo), sang ibu bernama Lucía (Inma Cuesta), dan anak lelakinya Diego (Asier Flores). Keluarga ini hidup jauh di tengah lahan luas entah di Spanyol bagian mana.
Hidup hanya satu keluarga di tengah-tengah lahan terasing, Salvador sang ayah menceritakan legenda tentang ‘The Beast’ sosok yang meneror kehidupan mereka. Salvador dan Lucia terus melindungi keluarga terutama anak satu-satunya Diego dari ancaman misterius yang mengerikan.

Karena makhluk tersebut sudah membunuh banyak anggota keluarga lainnya. Salvator keras dalam mendidik Diego agar menjadi pria dewasa yang dapat melindungi diri, berkebalikan dengan sang ibu Lucia yang penuh kelembutan dalam mendidik anak.
Namun, semua berubah Ketika Salvator pergi meninggalkan keluarga untuk sebuah misi, Lucia yang bertugas melindungi keluarga dan melakukan hal-hal gila cenderung mengerikan untuk melindungi diri dan anaknya.
Lucia yang sangat ambisius melindungi Diego malah berbalik menjadi depresi dan selalu berniat mengakhiri hidupnya. Ketakutan akan teror makhluk misterius ini yang menjadikan mental Lucia begitu ciut.
Latar belakang yang dibangun sia-sia dalam alur lambat

Pada awal, sang ayah Salvator yang sudah menceritakan detail tentang makhluk misterius yang mematikan kepada keluarganya, terutama untuk membuat sang anak Diego lebih waspada dan bisa menjaga diri.
Sebelum kepergian ayahnya, situasi cukup mencekam dengan beberapa aksi pertahanan dan adanya bukti nyata dari sisa aksi mengerikan makhluk misterius ini. Namun setelah Salvator pergi dan menyisakan Lucia dan Diego, semua teror hanya pengulangan yang tidak jelas.
Alih-alih membuat penasaran, tanpa kejelasan apa yang mereka hadapi ini makin membiaskan prediksi kita condong ke arah yang membosankan
Keseharian yang dijalani Lucia dan anaknya Diego pun tidak terlalu seru untuk film thriller seperti ini. Dinamika dari saat menjalani kehidupan sehari-hari dan saat adanya teror mengerikan makhluk misterius ini terasa cukup terasa datar, walaupun tertolong dengan sinematografi dan akting para pemainnya.
Teror di tempat antah berantah

Untuk segi cerita mungkin kalian akan teringat dengan The Babadook, tapi dari segi visual sinematografi ini akan cenderung ke arah horor klasik. Jika kalian pernah menonton The Witch (2015) dengan Anya Taylor-Joy sebagai tokoh utama, ini kurang lebih serupa.
Dengan setting rumah keluarga terpencil, tanpa ada apapun di sekelilingnya, hanya ada kegelapan dan ladang luas. Teror dalam setting tempat seperti inilah yang bisa lebih dieksplorasi ke arah yang teror misterius dan terbukti cukup sukses di film ini.
Rumah kuno pedesaan dengan gaya hidup yang masih primitif tanpa listrik dan alat seadanya, berburu menjadi duet yang pas untuk pertahanan melawan makhluk mengerikan ini.
Tidak hanya tempat, tapi kostum dan riasan untuk mendukung para pemain ini sangat maksimal. Prop nuansa pedesaan, dari mulai alat hidup sehari-hari, peternakan, perapian, semua sangat mendukung situasi horor thriller di tiap adegan.
Bahkan saat di luar rumah, ladang dengan beberapa prop seperti tulang dan rerumputan sudah cukup menambah kengerian jika tinggal di area tersebut.
Aspek unggulan tidak maksimal

The Wasteland memiliki kualitas gambar dan suara yang bagus. Sayang sekali film ini hanya rilis di streaming platform, dan tidak dapat dinikmati secara total. Pengambilan gambar beberapa adegan terlihat berteknik tinggi dengan bersatunya semua aspek syuting.
Kedalaman dan fokus tiap apa yang ingin ditonjolkan di tiap adegan sangat dipikirkan. Audio dari The Wasteland juga sangat baik dan tidak berlebihan seperti horor yang hanya menonjolkan jumpscare dari efek suara.
Scoring tajam di tiap adegan sangat rapi, kedalaman suara dari tiap pengambilan gambar, sangat rapi dan terdengar sangat baik. Bahkan saat adegan mengerikan, backsound tidak berlebihan, dan hanya suara-suara sekitar yang pada situasi sesungguhnya yang terdengar.
Ini menjadi nilai tambah jika kita menikmati dengan audio surround, tapi tidak semua pengguna Netflix memiliki perangkat untuk menikmati visual dan audio The Wasteland secara maksimal.
Akting sempurna ibu dan anaknya

Lucía (Inma Cuesta) dan anak lelakinya Diego (Asier Flores) benar-benar menjadi garda terdepan dalam film ini. Ambisi seorang ibu dengan luapan emosi dan hatinya sangat terlihat. Aksi-aksi gila yang dilakukan untuk melindungi sang anak, hingga depresi yang melanda.
Semua tergambar dari mimik wajah akting yang luar biasa. Perubahan terlihat dari awal yang lembut, lalu menuju fase protektif yang menggila, hingga akhirnya ‘parno berlebihan’ membuat mental terganggu.
Sang anak yang diperankan Asier Flores juga apik beradu peran dengan Inma Cuesta. Seorang anak yang dipaksa untuk menjadi pemberani di tengah situasi mencekam. Anak yang periang dalam hidupnya, harus menjadi tangguh dan menjaga sang ibu.
