Aquaman and the Lost Kingdom, petualangan Arthur dan Orm demi melindungi Atlantis.
Bersiaplah, karena Aquaman and the Lost Kingdom akhirnya terdampar di darat!
Disutradarai oleh James Wan, sekuel ini mengikuti Jason Momoa sebagai pahlawan utama Arthur Curry/Aquaman yang sekali lagi berusaha menyelamatkan Atlantis. Tak bisa sendirian, Aquaman harus melepaskan sang adik yang juga mantan raja Atlantis, Orm (Patrick Wilson). Kali ini, keduanya akan berhadapan dengan Black Manta yang dirasuki oleh kekuatan Black Trident.
Jadi, apakah petualangan akuatik ini merupakan kemenangan sinematik atau hanya kekecewaan?
Aksi Jason Momoa dan Patrick Wilson jadi nilai utama
Jika dibandingkan film sebelumnya, chemistry antara Arthur dan Orm tampak lebih bersahabat di Aquaman and the Lost Kingdom. Bahkan, interaksi lucu dan menarik antara keduanya lah yang membuat film ini tidak membosankan.
Demi menyelamatkan Atlantis dari serangan Black Manta dan teror Lost Kingdom, Arthur terpaksa mengeluarkan adiknya di penjara padang pasir. Meski curiga kepada Orm, sang mantan raja itu menjelaskan niat baiknya yang memang ingin membantu Atlantis, terlepas dari perlakuan sang kakak.
Petualangan dua bersaudara itu pun dimulai, mereka melintasi lautan es, melawan perompak berbahaya, menjelajahi hutan penuh hewan besar, dan bertarung dengan robot jahat. Sikap tarik-ulur keduanya sukses membuat penonton bersimpati.
Namun plot ceritanya, yang melibatkan Arthur berhadapan dengan musuh baru saat mencari artefak kuno, digambarkan berbelit-belit dan dangkal secara emosional. Sepertinya Wan terlalu antusias menaburkan alur cerita seperti makanan ikan, membuat penonton kesulitan untuk tetap bertahan di tengah kekacauan narasi.
Di sisi lain, film ini terlihat jelas menghilangkan banyak jejak Amber Heard sebagai Mera, ratu Atlantis. Pahlawan perempuan tersebut mendapatkan peran yang sangat minor. Akibatnya, dialog lebih terfokus pada interaksi Arthur, Orm, Black Manta, dan tentu saja Dr. Stephen Shin (Randall Park).
Aquaman 2 juga menghadirkan banyak elemen lanjutan dari film sebelumnya. Oleh karena itu, ada baiknya penonton menyaksikan ulang judul pertama.
CGI yang kurang memuaskan
Patut diapresiasi, film ini berhasil menyuguhkan beberapa tempat baru dengan visual yang indah, mulai dari kerajaan Atlantis, lautan es di Antartika, hingga hutan lebat yang berevolusi. Semua itu ditampilkan dengan sangat memukau.
Namun bukan berarti tidak ada kekurangan dalam aspek CGI, mengingat perlu skill dewa agar film ini bisa terlihat sempurna. Bayangkan saja, robot-robot canggih, gurita lucu, aksi tembak-menembak dengan teknologi canggih? Aquaman 2 perlu efek visual untuk merangkul adegan cerita.
Di beberapa bagian – terutama saat adegan perkelahian berlangsung, sering terlihat jelas CGI yang masih kasar. Hal ini menimbulkan perasaan bahwa Aquaman 2 seperti sedang berjalan dari sebuah program permainan, bukan manusia yang berlari sungguhan. Meski cukup mengganggu, namun tetap bisa dinikmati.
Selain itu, James Wan juga terlihat mengandalkan jumpscare, entah karena ia sendiri sering mengarahkan film horor atau memang ingin memberi kejutan pada penonton. Bukan hal yang buruk, tetapi tidak juga bisa dibilang bagus.
Pastinya, ketegangan pertarungan Black Manta, Orm, dan Arthur merupakan pemandangan yang menarik. Sukses membuat penonton berada di ujung tepi.