Society of the Snow, sebuah tragedi memilukan dengan reka ulang adegan yang sempurna
Society of the Snow atau judul aslinya La sociedad de la nieve adalah film drama survival Spanyol yang rilis perdana di “80th Venice International Film Festival” pada 9 September 2023, lalu dirilis secara global melalui Netflix sejak 4 Januari 2024.
Society of the Snow merupakan adaptasi dari buku Pablo Vierci dengan judul yang sama. Disutradarai oleh Juan Antonio Bayona, dikenal dengan film The Orphanage (2007), The Impossible (2012), A Monster Calls (2016), dan Jurassic World: Fallen Kingdom (2018).
Para pemeran terdiri atas gabungan aktor Uruguay dan Argentina, yang sebagian besar adalah pendatang baru. Diproduksi dengan anggaran 60 juta Euro, menjadikannya film Spanyol termahal yang pernah dibuat.
Society of the Snow (2024) berkisah tentang tim rugbi asal Uruguay yang melakukan perjalanan ke Chile menggunakan pesawat terbang dan mengalami kecelakaan parah di tengah pegunungan Andes. Para penumpang yang selamat harus berjuang untuk bertahan hidup di lingkungan dengan cuaca yang ekstrem.
Sebagai sebuah film tragedi kecelakaan dan juga masuk ke dalam kategori film survival, film ini berhasil menangkap momen krusialnya dengan sangat mengerikan dan bikin ngilu. Reka ulang adegan kecelakaan berhasil dibuat dengan sangat tragis dan terlihat nyata.
Bukan hanya itu saja, serangkaian nasib sial yang dihadapi oleh para penyintas rasanya sangat memilukan, film ini seperti mengatakan bahwa mereka semua tidak memiliki harapan untuk bisa selamat dari kejadian ini.
Selain itu, Society of the Snow juga memiliki konflik dengan penyelesaian yang terasa dilematis, membuat karakternya terbagi menjadi 2 kubu. Hebatnya, film ini mengemas drama tersebut dengan dramatisasi yang tidak berlebihan, enak untuk diikuti dan tetap bisa membuat saya sebagai penonton ikut merasakan konflik tersebut.
Salah satu hal yang juga patut untuk dipuji adalah sinematografi yang cukup cantik menangkap seram sekaligus indahnya pegunungan Andes dan juga berhasil menangkap berbagai momen senang hingga sedih. Sinematografi sekaligus score-nya cukup berhasil menghidupkan film ini dan menaikkan momen emosionalnya menjadi lebih emosional lagi.
Karakter yang banyak dan cast yang solid
Pada awalnya saya agak kesulitan untuk berkenalan dengan semua karakter di film ini dikarenakan karakternya yang cukup banyak dan perawakan tiap karakter yang terlihat sama semua.
Karakterisasinya pun juga tipis sehingga pada akhirnya hanya beberapa karakter saja yang bisa saya ingat dan cukup membekas. Meskipun begitu, performa dari para cast-nya tergolong oke dan solid. Mereka bergotong-royong menceritakan tragedi ini menjadi sebuah kisah yang emosional dan mengharukan.
Salah satu yang juga menarik dari film ini yaitu beberapa karakter yang gugur akan diberikan sedikit cuplikan ketika mereka masih hidup. Selain itu nama-nama yang gugur juga ditampilkan di layar, hal ini membuat penonton juga bisa ikut mengenang mereka dan ikut merasakan kehilangan.
Sedikit minor issue pada detail kecil
Terdapat beberapa adegan yang cukup mengganjal dan membuat saya bertanya-tanya, yaitu ketika para karakternya terus menghisap rokok ketika mereka terdampar di sana, seolah-olah rokoknya tak pernah habis atau mungkin saja mereka menghematnya?
Yang jelas hal tersebut tidak dijelaskan lebih detail, namun agak aneh bukan, ketika mereka kesulitan untuk mendapatkan makanan atau minuman, beberapa karakter dengan asyiknya terus menghisap rokok.
Kemudian ada satu lagi yang cukup mengganjal di hati saya yaitu di mana korek api yang juga sebenarnya bisa saja dan mungkin saja dapat digunakan untuk menghangatkan badan namun sayangnya tidak digunakan di sini.