Review Film – The Big 4 (2022)

The Big 4 aksi 4 saudara pembunuh ulung

Timo Tjahjanto yang biasa menangani proyek film horror dan thriller, kali ini mengeluarkan karya terbaru dalam balutan aksi komedi di Netflix. The Big 4 yang disutradarai oleh Timo Tjahjanto berdasar tulisannya yang dibuat bersama Johanna Wattimena. Mengisahkan tentang seorang detektif perempuan bernama Dina (Putri Marino) yang menyelidiki kematian ayahnya bernama Petrus (Budi Ros) yang misterius. Tiga tahun berselang, Dina menyelidiki ke pulau, di mana ayahnya menyimpan foto dengan sebuah panti asuhan.

Review The Big 4 (2023)
The Big 4 | © Netflix

Namun, Dina malah mengetahui bahwa sang ayah merupakan pemimpin dari kelompok pembunuh bayaran bernama “The Big Four”. Big 4 digawangi oleh Topan Gemuruh (Abimana Aryasatya), Jenggo (Arie Kriting), Alpha (Lutesha), Pelor (Kristo Immanuel). “The Big Four” yang telah berhenti semenjak kematian sang ayah angkat Petrus, harus kembali mengusut kematian ayahnya dengan dalang Antonio (Marthino Lio).

Motif plot aksi 100% berhasil

Motif balas dendam selalu jadi andalan film aksi untuk lebih brutal menyajikan semua kegilaan. Apalagi tambahan drama keluarga dari panti asuhan, mengikat emosi penonton sejak awal. Latar belakang yang minim pun tak masalah untuk tetap melakukan motif balas dendam.

Review The Big 4 (2023)
Dina | © Netflix

Sebuah prolog yang cukup panjang untuk mengenalkan Petrus dari Budi Ros yang menjadi bapak angkat mereka serta melatih mereka untuk bekerja sebagai pembunuh bayaran yang dikenal dengan “The Big Four”. Petrus yang mempunyai anak Dina, menjadi motif utama kembalinya para pembunuh bayaran ini beraksi.Peran sentral Dina bak lapisan kedua karena tertutupi kekonyolan “The Big Four”, (ya memang karena judul utamanya). Sayangnya peran antagonis yang mungkin menjadi ganjalan utama “The Big Four” menjadi mentah di akhir, karena sebuah plot twist konyol yang memang mengocok perut. Menjadi begitu ringan tugas balas dendam “The Big Four”.

Aksi Nasional rasa Internasional

Timo yang menangani proyek berbeda, aksi-aksi di depan layarnya pun masih menonjolkan khas dirinya dengan banyaknya tumpahan darah sepanjang baku tembak. Tidak hanya darah, mungkin kalian yang tidak terbiasa dengan film slasher dari Timo, akan jijik dengan serpihan potongan tubuh yang beterbangan.

Dengan pergerakan kameran yang tidak berlebihan, aksi-aksi baku hantam dan baku tembak masih nyaman untuk diikuti. Tapi tenang, ketenganan aksi gila par “The Big Four” akan sangat cair dengan kekonyolan para lakonnya, bahkan hingga penyelesaikan plot.

Review The Big 4 (2023)
The Big 4 | © Netflix

Jika kalian pecinta film aksi Netflix, ini mengingatkan kita para karya Michael Bay 6 Underground (2019). Sekelompok pembunuh bayaran dengan aksi kocak mereka. Namun gaya khas Timo dan nuansa Indonesia tetap menonjol.

Deretan pelakon kocak begitu sempurna 

Msaih kental dengan “close combat”, aksi dari 4 kawanan pembnunuh ini begitu lengkap dengan aksi sniper dari Jenggo dari Ari Keriting. Dengan banyolan khasnya, aksi yang minim dibungkus dengan celotehannya yang selalu menggelitik. Bahkan kekonyolannya mencair dengan kekonyolan 3 saudaranya yang lain.

Review The Big 4 (2023)
Suranto | © Netflix

Tak hanya Ari Kriting, Bahkan Kristo sebagai Pelor sejak awal sudah terlihat. Walau dibuat seperti yang paling tidak berdaya dari ketiga kakaknya yang lain. Pelor bak sebuah katalis dari 3 orang yang bersifat cukup keras. Ini peran pertamanya sebagai garda terdepan sebuah film panjang, dan cukup berhasil dengan aksi dan kekonyolannya.

Alpha dan Lutesha juga berperan apik dengan karakter pemarahnya, bersebrangan dengan karakter Topan dari Abimana. Jika kalian melihat kekonyolan kakak tertua ini, akan teringan perannya sebagai Dono (Warkop) karena selalu saja komedi terselip bahkan di tengah kondisi hidup dan mati.

Logo Netflix


Movie Info

Scroll to Top