The Princess dari Joey King beraksi melawan perjodohan
Film berdurasi 90 menit yang hanya memiliki satu ide yang tersebar di keseluruhan waktu tayang, tentang seorang putri dongeng yang mencoba berjuang turun dari menara kastil di mana dia dipenjara oleh orang yang ditolak lamarannya.
The Princess tayang di di Disney+ tahun 2022. Joey King harus berjibaku dalam film aksi garapan Le Van Kiet, dari naskah yang dibuat oleh Ben Lustig dan Jake Thornton.
The Princess putri raja (Joey King) dilatih dalam seni bertarung oleh Linh (Veronica Ngo), keponakan dari salah satu penasihat ayahnya, namun dengan persetujuan diam-diam ibunya. Karena Ratu (Alex Reid) tidak melahirkan anak laki-laki, Raja (Ed Stoppard) bermaksud untuk mengawinkan Putri dengan Julius (Dominic Cooper)
Julius merupakan putra diplomat kerajaan yang kejam yang membenci pemerintahan damai, berpikir bahwa raja “kuat” harus memerintah dengan tangan besi.
Tetapi sang Putri meninggalkannya di altar, saat Julius sudah selangkah lagi menikahinya. Semenjak menolak pernikahan tersebut, sang putri dikurung di penjara puncak kastil kerajaannya sendiri.
Dalam rangka menyelamatkan kerajaan, sang putri berusaha meloloskan diri dan menghadapi para penjaga yang kejam dengan kemampuan bela dirinya. Kondisi kerajaan yang sedang kacau di tangan Julius.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Keputusan Putri yang awalnya tidak begitu jelas menolak tawaran pinangan Julius, membuka jalur kontradiktif di sepanjang aksinya. Di sisi lain karakter Julius yang terlihat selalu geram, berputar seperti anak laki-laki yang harus memiliki mainannya.
Julius tergesa-gesa untuk menikahi Sang Putri hanya untuk tahta yang tak begitu terlihat mewah pada visual kerajaan layaknya yang kita lihat. Semua hal yang didukung wanita tangan kanannya Moira (Olga Kurylenko). Ancaman-ancaman biasa tak dapat meneror lebih dalam.
Naskah Ben Lustig dan Jake Thornton tipis dan multitafsir, tetapi ada juga struktur yang cukup untuk membawa pahlawan wanita ini dari puncak menara sampai tujuan yang direncanakannya. Struktur ini seperti formula John Wick dan xXx di mana karakter utama selalu hebat dengan segala kekurangannya.
Ini adalah hal yang baik pakaian hari pernikahan Putri, untuk menebalkan latar saat aksi Sang Putri berlangsung. Karena kastil memiliki banyak tangga dia harus berlari naik dan turun sambil memotong jalan melalui penjaga seperti bermain video game dengan bos di beberapa titiknya.
The Princess tidak akan membebani para penonton yang mengira jalur The Princess untuk menjadi lebih dikagumi karena feminism dan anggun. Menjadi sosok gahar yang terampil, diselingi beberapa lelucon komedi fisik yang akan membunuh puluhan penjaga.
Sutradara Le-Van Kiet menghasilkan sekitar 60% dalam koreografi dan 40% editing yang mencolok dari urutan pertarungan, rasio yang layak untuk apa yang tampaknya merupakan anggaran yang cukup terbatas.
Tidak takut menjadi kotor dan berkeringat, aksi Joey King dengan gagah berani terjun ke medan pertempuran, dan usahanya ditunjukkan melalui tampilan fisik yang cukup membuat kita meringis.
Kisah klasik Happy Ending
Sang Putri lolos hidup-hidup, menyelinap kembali ke kastil, di mana dia bersatu kembali dengan Linh dan Violet. Ketiganya melengkapi diri mereka di toko senjata rahasia, dan Putri dan Linh melawan tentara bayaran sementara Violet membebaskan paman Linh sebelum ditemukan dan ditangkap.
Aksi yang dengan Linh dan Violet hanya secercah nostalgia ingatan masa kecil saat berlatih bela diri. Walaupun terbilang cukup mudah untuk melawan Julius dan rekannya Moira, aksi perebutan akhir ini nampak lebih klimak walau tak seheboh film kolosal kerajaan pada umumnya.
Deretan aksi yang tidak begitu mengesankan.
Satu deretan aksi Joey King dalam dress Putri Raja satu-satunya hal yang menarik untuk kita tetap duduk asik depan layar. Aksi gilanya yang terbilang cukup sadis, menjadi sajian menegangkan penuh aksi solo yang sudah lama tidak kita saksikan, apalagi mayoritas aksinya dengan tangan kosong.
Ibarat menyaksikan Jackie Chan perempuan untuk lolos dari sebuah kastil, Joey King dilatari kerajaan porak poranda akibat ulah Julius yang gagal menikahi sang putri. Motif yang terlalu datar ini membuat kedalaman emosi tak begitu terikat di konflik utama.
Walaupun selingan kilas balik yang cukup berantakan, namun kita kembali lagi akan fokus ke aksi Sang Putri membantai para penjaga dari kelompok Julius. Sehingga peran lain yang terlihat hanya pelengkap cerita, tidak begitu berguna untuk keseluruhan cerita.