Unicorn Wars adalah film tentang pertikaian yang sangat emosional antara beruang lucu dengan Unicorn
Unicorn Wars adalah sebuah film perang animasi Spanyol-Prancis tahun 2022 yang ditulis dan disutradarai oleh Alberto Vázquez. Film fitur ini didasarkan pada film pendek Sangre de unicornio, yang juga diarahkan oleh Vásquez.
Unicorn Wars memenangkan Best Animated Film di Penghargaan Goya ke-37 dan dinominasikan untuk Best Animated Film Best Animated Filmdi Penghargaan Platino ke-10.
Film ini bercerita tentang pasukan anak-anak beruang lucu, yang harus mengikuti latihan perang demi melawan unicorn. Makhluk mistis tersebut diceritakan mengancam keselamatan para beruang dan Hutan Ajaib.
Animasi yang sangat tidak cocok untuk anak-anak
Meskipun Unicorn Wars menghadirkan dunia fantasi orisinal, lengkap dengan mitologi unicorn serta sekumpulan beruang-beruang lucu, film ini justru mengeksplorasi jiwa-jiwa yang rusak akibat kerasnya perang.
Dengan menggunakan karakter lucu sebagai protagonis, film ini memberikan kebebasan kreatif dalam menggambarkan para prajurit ini. Namun tentu saja, Unicorn Wars bukanlah animasi yang cocok untuk si kecil.
Ada banyak kekerasan, darah, dan ungkapan kasar sepanjang film berlangsung. Sutradara bahkan tidak malu-malu untuk menumpahkan semua ekspresi dalam film. Dalam satu adegan, Bluey, Tubby, dan kawan-kawan tersandung ke sebuah perkemahan yang penuh dengan mayat boneka beruang. Mereka sudah tidak berbentuk, dengan belatung berjatuhan dari usus beruang tersampir dari pohon seperti kertas krep berdarah
Sebenarnya, ini bukanlah hal yang negatif. Sebaliknya, penggunaan hal-hal lucu seperti dongeng unicorn atau boneka teddy bear membuat film Unicorn Wars terkesan menarik. Agak kacau melihat beruang lucu ternyata bukanlah boneka sempurna. Mereka menjadi alat perang, menghancurkan imajinasi abadi setiap anak-anak.
Fokuskan karakter daripada jalan cerita
Jika bicara tentang jalan cerita Unicorn Wars, maka akan ada banyak keanehan yang tidak terjelaskan dalam film ini. Ada begitu banyak elemen fantasi yang harus dibongkar, di mana penjelasannya mungkin tidak ditafsirkan secara terbuka oleh penonton. Meski begitu, naskah yang tidak biasa ini masih bisa menghibur.
Unicorn Wars sangat jelas berfokus pada lapisan karakter dari dua beruang penting, Tubby dan Bluey. Sutradara memainkan emosi penonton dengan apik lewat keduanya.
Bluey, adalah sosok beruang yang sangat jahat dan kejam. Ia rela menghabisi apa pun rintangan hanya untuk menjadi nomer satu. Di sisi lain, Tubby justru terlihat lembut dan penuh perhatian. Sayangnya, ia selalu menjadi bahan pelampiasan rasa kesal Bluey. Tidak membenarkan, namun Unicorn Wars menjelaskan bagaimana dua beruang ini memiliki karakter yang berbeda.
Bluey sebenarnya hanya ingin diperhatikan. Tidak berada di posisi kedua, setelah sang Ibu lebih memberi perhatian pada kakaknya, Tubby. Bluey yang hidup dalam naungan ayahnya, tidak merasakan banyak kasih sayang – karena sang ayah memiliki aura nelangsa namun hangat. Belum lagi, ia juga melihat ibunya berselingkuh.
Perasaan terabaikan ini semakin lama menjadi dendam. Ia marah kepada semua orang yang selalu mengacuhkan Bluey. Terlepas dari sifat gilanya, Bluey hanyalah boneka beruang yang selalu kesepian.
Tidak banyak yang bisa diambil dari karakter Tubby. Sang kakak ini selalu mengalah demi kepentingan adiknya, Bluey. Dekat dengan Ibu membuat karakternya berbeda, lebih perhatian dan manusiawi terhadap makhluk hidup di sekitar. Keadaan ini lah yang ternyata membuat Bluey sangat marah terhadap Tubby. Sekali lagi, ia lebih mementingkan hewan lain dibandingkan adiknya sendiri.
Film ini juga mengeksplorasi ketakutan dan kecemasan tentara yang tidak siap berperang, bagaimana dukungan lembaga keagamaan memfasilitasi para tentara, serta cara-cara buruk elit militer yang mengorbankan generasi muda agar tetap berkuasa. Di sisi lain, Unicorn Wars juga memperlihatkan kekhawatiran tentang bagaimana tindakan manusia merusak alam.