Review Film – I Saw The Devil (2010)

I Saw The Devil, aksi balas dendam yang mengaburkan batas nilai baik dan jahat.

I Saw the Devil, film thriller psikologis Korea Selatan tahun 2010 yang disutradarai oleh Kim Jee-woon, adalah sebuah mahakarya dalam dunia sinema Korea Selatan yang intens dan mencekam. 

Film yang dibintangi aktor ternama Lee Byung-hun dan Choi Min-sik ini mengajak para penonton melihat perjalanan seorang pembunuh berantai sadis dan agen rahasia yang bertekad membalas dendam korbannya.

I Saw The Devil dimulai dengan pembunuhan brutal seorang wanita muda oleh psikopat berdarah dingin Kyung-chul (Choi Min-sik). Tindakan mengerikan ini lantas menjadi alasan balas dendam oleh tunangan sang korban perempuan yang sedang berduka, Kim Soo-hyun (Lee Byung-hun)

Alih-alih langsung menghabisi nyawa, Kim Soo-hyun justru bermain kucing-dan-tikus dengan sang pembunuh berantai. Memberikan lebih dari 10,000 rasa sakit yang dialami setiap korban.

Gambaran kekerasan yang intens dan tanpa ampun

I Saw the Devil (2010)
I Saw The Devil (2010) | © Showbox

Salah satu hal yang paling mencolok dari I Saw The Devil adalah penggambaran kekerasan yang tak kenal takut dan sangat berani. Film ini berhasil tampil dengan brutal di setiap subjek, dengan menghadapkan penonton pada kenyataan pahit dari setiap tindakan pembunuh berdarah dingin.

Tentu saja ini bukan hal yang mudah untuk dilihat, karena film ini meninggalkan dampak yang bertahan lama. Adegan grafis, meski intens, memiliki tujuan untuk menekankan penderitaan psikologis, baik untuk karakter protagonis maupun antagonis.

Bagi yang tidak bisa melihat adegan kekerasan yang penuh darah, atau bahkan tidak tahan terhadap tindakan pelecehan seksual, mungkin bisa menghindari film I Saw The Devil.

Sinematografi apik nan cermat

Review Film - I Saw The Devil (2010)
I Saw The Devil (2010) | © Showbox

Sejak film dibuka lewat pemandangan hujan salju dari dalam mobil, I Saw The Devil ternyata tetap konsisten memberikan tampilan terbaiknya. Sinematografi yang dilakukan oleh Lee Mogae sungguh menakjubkan. Setiap bingkai disusun dengan cermat, menangkap atmosfer suram dan meningkatkan ketegangan sepanjang film. 

Penggunaan nada gelap, redup, dan warna kontras mencerminkan ambiguitas moral pada inti narasi. Sorotan kamera dengan terampil membenamkan penonton dalam siksaan karakter, menciptakan rasa tidak nyaman yang hampir nyata.

I Saw the Devil (2010)
I Saw The Devil (2010) | © Showbox

Sutradara Kim Jee-woon juga dengan mulus memadukan elemen-elemen genre horor, kriminal, dan thriller. Temponya tak berhenti dan terus mempertahankan ketegangan dari awal hingga akhir. Film ini membuat penonton berada di ujung kursi, tidak pernah membiarkan mereka siap dengan adegan selanjutnya.

Kaburkan batas moral

Sang sutradara menavigasi garis tipis antara nilai moral dengan penceritaan yang bermakna, menjadikan I Saw The Devil sebagai tayangan yang mencekam sekaligus menggugah pikiran.

Review Film - I Saw The Devil (2010)
I Saw The Devil (2010) | © Showbox

Penampilan para aktor utama membawa film ini ke level lain. Kyung-chul, pembunuh berantai, digambarkan tanpa rasa ampun, dingin, dan tak terlupakan. Sementara Kim Soo-hyun menjadi protagonis dengan karakter kompleks yang didorong oleh kesedihan, kemarahan, dan keinginan untuk keadilan. 

Pada intinya, I Saw The Devil bukan sekadar pameran kekerasan demi kekerasan itu sendiri; ini adalah eksplorasi mendalam tentang konsekuensi balas dendam dan garis tipis yang memisahkan kebaikan dari kejahatan. Film ini menggali relung terdalam jiwa manusia, menantang penonton untuk menghadapi kebenaran yang tidak nyaman tentang keadilan dan moralitas. 

Meskipun mungkin tidak cocok untuk beberapa orang, mereka yang mau bergulat dengan tema-tema intensnya akan menemukan film ini bertahan lama dalam pikiran.



Movie Info

Scroll to Top