Kereta Berdarah, sebuah perjalanan menakutkan di atas kereta berhantu
Rizal Mantovani kembali hadir dengan tayangan horor terbaru yang berjudul Kereta Berdarah. Film ini diperankan oleh bintang Indonesia, seperti Hana Malasan, Zara Leola, Putri Ayudya, Fadly Faisal, Kiki Narendra, dan Yama Carlos.
Tayang pada 1 Februari 2024, Kereta Berdarah menjadi salah satu tayangan horor pembuka yang akan menemani penonton selama beberapa pekan ke depan. Melalui tema yang menarik dan adanya unsur kearifan lokal, apakah Kereta Berdarah mampu memukau para penonton?
Merayakan kesembuhannya dari kanker, Purnama (Hana Malasan) mengajak adiknya, Kembang (Zara Leola) untuk berlibur ke resort alam yang baru dibuka di sebuah tempat terpencil. Untuk kesana, mereka menumpangi kereta wisata yang khusus melayani perjalanan ke resort.
Sayangnya, serangkaian teror dan misteri timbul ketika setiap melewati terowongan. Satu persatu gerbong hilang. Kini hidup mati para penumpang dan petugas kereta jadi pertaruhan.
Purnama, Kembang, Tekun (Fadly Faisal) pramugari kereta dan Ramla (Putri Ayudya) si penumpang misterius berusaha memperingati orang-orang.Namun, peringatan itu diabaikan.
Mereka berempat lantas menempuh aksi pemberontakan untuk menyelamatkan kereta dari ancaman lebih besar yang menanti di terowongan terakhir.
Hadirkan premis yang menarik
Telah lama rasanya penggemar horor lokal disuguhkan dengan cerita bertema kereta, sejak tayangnya Kereta Hantu Manggarai di tahun 2008. Jadi, tidak heran jika ekspektasi terhadap film Kereta Berdarah sedikit lebih tinggi.
Sayangnya, premis yang menjanjikan ini tidak mendapat eksekusi yang baik. Mulai dari segi cerita yang agak terlalu kering dan terburu-buru, CGI yang tidak terlihat rapi, serta akting beberapa bintang yang over-the-top.
Dari segi ketegangan, Kereta Berdarah kembali menghadirkan perasaan tersebut melalui formula umum dan senjata ampuh kebanyakan film-film horor, yaitu “jump-scare”.
Para penonton mungkin tidak asing dengan urutan langkahnya – hawa tidak nyaman, lampu-lampu berganti redup terang, pengalihan fokus, suara menggelegar, lalu muncul makhluk tak kasat mata. Meski begitu, di beberapa bagian, jumpscare terbukti ampuh dan memang menakutkan penonton
Setelah satu per satu kejadian mengerikan muncul, para tokoh utama mulai sadar apa yang sedang mereka hadapi. Ini bukanlah peristiwa biasa, melainkan ada unsur misterius atas hilangnya setiap gerbong kereta. Mereka pun mulai terus maju hingga gerbong pertama, menyita perhatian dan membuat keributan.
Salah satu yang menarik dari Kereta Berdarah ialah munculnya referensi film horor terkenal, Hereditary (2018), karya Ari Aster. Hal tersebut lantas membuktikan bahwa film ini sebenarnya memang berani menampilkan unsur sadis dan kekejaman yang berdarah-darah.
Sayangnya, sang sutradara seakan malu-malu untuk tampil brutal di awal dan mulai menampakkan diri seiring berjalannya cerita.
Bantuan para bintang ternama
Kehadiran Hana Malasan dan Putri Ayudya juga menjadi daya tarik dari film Kereta Berdarah. Telah membintangi beragam karakter di film-film horor membuat nama dan aktingnya seakan tidak diragukan lagi. Sepertinya, semua itu memang terbukti benar.
Patut diapresiasi bagaimana para pemeran utama sangat membantu film ini. Mulai dari Hana Malasan sebagai Purnama dan Zara Leola sebagai Kembang, kakak beradik yang melakukan perjalanan ke resor alam.
Tanpa adanya drama keluarga mereka – yang mengharukan dan sukses menyita perhatian, mungkin Kereta Berdarah akan menjadi tayangan yang sangat tidak menarik.
Sayangnya, keberadaan Putri Ayudya sebagai Ramla tidak banyak membantu. Penonton tentunya berharap lebih bahwa karakternya sendiri di film ini akan mendapat posisi penting, sesuatu yang menjadi plot-twist dari cerita.
Pesan tentang alam
Bukan hanya mengisahkan kejadian mistis di dalam kereta, film ini juga menghadirkan pesan-pesan tentang keserakahan manusia terhadap alam. Sindiran kepada pejabat daerah yang hanya ingin mengumpulkan pundi-pundi kekayaan, tanpa peduli batas moral dan kapasitas mereka.
Tentu saja semua manusia ingin mendapat keuntungan, tapi bukan berarti mereka harus memiliki segalanya. Semua yang berasal dari alam, akan kembali ke tempatnya. Manusia layaknya tanah subur yang nantinya juga kembali berada di dalam tanah. Oleh karena itu, meski memiliki akhir yang mengecewakan, namun babak tersebut cukup menyentuh hati.
Lagi-lagi, kekurangan film ini ialah ketiadaan unsur religius dalam mengusir makhluk halus. Entah memang sang sutradara sengaja menampilkan konsep tersebut, memang luput dari naskah.
Ada pula kutipan yang cukup menyesatkan, seperti “Tak ada agama yang bisa membantumu,” dari seorang ahli yang membantu proyek pembangunan rel kereta. Hal ini sepertinya membuat sosok makhluk halus mempunyai derajat yang lebih tinggi daripada Tuhan. Apakah memang begitu?
Pada intinya, konsep dari film Kereta Berdarah sebenarnya memiliki potensi besar. Siapa yang tidak merasa tegang dengan unsur-unsur isolasi, ruang terbatas, dan ancaman supernatural? Semua itu adalah gabungan menarik yang seharusnya juga bisa dikemas dengan apik.
Namun, film ini malah bergantung pada jumpscare berulang yang akhirnya dapat diprediksi oleh para penggemar horor Indonesia.