The Point Men jadi kisah nyata penyelamatan yang tanggung
Sutradara Korea Yim Soon Rye terinspirasi dari kejadian nyata yang sempat menghebohkan dunia, yaitu 23 tawanan warga negara Korea oleh Taliban tahun 2007. Mengisahkan seorang agen intel Korea NIS (National Intelligence Service) bernama Park Dae-sik (Hyun-Bin) yang harus ditugaskan ke Afganistan. Tugas untuk membantu pelepasan 23 orang sandera yang ditawan Taliban, Afganistan.
Film The Point Men sebenarnya dijadwalkan untuk rilis pada September 2022, namun film ini akhirnya dirilis pertama kali di Korea pada 18 Januari 2023 lalu, dan tayang di CGV mulai 1 Februari 2023. Film aksi korea ini menjadi box office korea yang di bawa ke Indonesia pertama di tahun 2023 ini.
Penyelamatan dengan cara berbeda
Karakter agen NIS Park Dae-sik dari Hyun Bin dibuat lebih ortodok dan menjalankan misi tanpa mempedulikan aturan-aturan tertentu. Sebaliknya Diplomat Jung Jae-ho dari Hwang Jung-Min harus mematuhi aturan negaranya. Dua karakter ini membuat liku dalam film lebih rumit di lapangan.
Situasi genting di mana 23 nyawa warga negara di tangan mereka pun semakin sulit, dengan batas waktu yang diberikan bak penyandaraan yang biasa terjadi. Negosiasi Jung Jae-Ho terlalu berbelit sehingga agen Park-Dae-sik yang biasa langsung terjun ke lapangan pun, akhirnya cair dengan beberapa kejadian menegangkan yang mereka berdua lalui.
Yang amat disayangkan karakter agen intel dari Hyun-Bin tidak melakoni banyak laga berbahaya. Park Dae-sik terlihat asik dengan karakter pemecah ketegangan yaitu Qasim/Lee Bong-han (Kang Ki-young) yang tampil luar biasa sepanjang laga mengocok perut kita.
Kang Ki-young menjadi hal yang mungkin paling ditunggu sepanjang film The Point Men. Selain dia adalah translator di sana, dirinya juga selalu melakukan hal konyol yang mementingkan uang saja. Karakternya sebagai katalis antara duo Hwang Jung-Min dan Hyun-Bin.
Konflik kepentingan negara lebih penting ketimbang nyawa
Terlihat begitu jelas, dari sisi Menteri Pertahanan Korea dan diplomat Jung Jae-ho ini sangat berbeda tujuan. Walaupun sama-sama menyelamatkan para warga negara. Sang sutradara menampilkan dengan gamblang cara Menteri yang tak mau mencoreng wajah negara Korea.
Hal ini mungkin terjadi di sebagian besar negara, mementingkan kepentingan golongan daripada warga negara sendiri. Tapi kubu pemerintahan Korea dalam film tak begitu dominan dan terlihat begitu lemah.
Kita dibawa ke negara konflik teroris
Soon Rye sang sutradara tidak segan-segan untuk menunjukkan visual Timur Tengah yang begitu gersang untuk menambah nuansa mencekam. Detail tambahan ada ketika berhadapan langsung dengan kelompok ekstrimis. Tambahan armada militer untuk perang menambah situasi semakin nyata.
Tidak hanya latar Timur Tengah dan senjata militer kelas kakap, pengaturan Afganistan lengkap dengan kelompok masyarakatnya, meyakinkan kita para perwakilan Korea ini terlihat asing di negeri orang, dengan misi yang dibilang mustahil.
Melihat latar film ‘The Point Men’ tahun 2007 dengan segala keterbatasan teknologi, semua ditampilkan begitu nyata. Tambahan beberapa kilas balik sebagai pendukung konflik antar-negara ini akan membawa kita kembali ke situasi konflik teroris pada masa pasca peristiwa 11 September.