
XO Kitty jadi perjalanan pencarian cinta sang adik kecil, Katherine Song Covey
Siapa yang bisa melupakan mak comblang Kitty Song Covey? Karena adik perempuan Lara Jean ini, waralaba To All The Boys berhasil muncul dan digemari oleh penonton. Dan sekarang, Kitty Song Covey akan menjadi tokoh utama di ceritanya sendiri.
Berbeda dengan waralaba filmnya, XO, Kitty tidak berdasarkan buku. Meski begitu, skenario serial ini kembali ditulis oleh Jenny Han.
Ditetapkan setelah tiga film berlangsung, Serial ini akan mengikuti kisah Kitty, adik perempuan Lara Jean Covey (Anna Cathcart), saat dia berada di fase sekolah menengah dengan segala pasang surut romansanya.
Setelah pertemuan Kitty dan Dae (Choi Min-yeong) di To All the Boys: Always and Forever, di mana mereka bertemu di atas Menara Namsan Seoul dan memulai hubungan mereka, kini sang adik kecil akan pindah ke belahan dunia lain untuk bersatu kembali dengan pacar jarak jauhnya.
Ketertarikannya dengan perjodohan membuat dirinya merasa tahu segalanya tentang cinta. Tapi ketika dia pindah ke Seoul dan bertemu Dae, dia akan segera menyadari bahwa hubungan jarak jauh lebih rumit ketika hatinya sendiri yang dipertaruhkan.

Hadirkan beragam unsur dan budaya Korea Selatan
Sebagai salah satu serial yang berasal dari “Barat”, XO, Kitty merupakan tayangan menarik yang menampilkan cukup banyak unsur dan budaya Korea Selatan.
Mulai dari tarian, cara bersosialisasi, hingga aturan sistem pendidikan, Kitty harus beradaptasi sekuat tenaga untuk terus berada di negara tersebut. Sejujurnya, sangat menyenangkan melihat bagaimana setiap murid harus menaati aturan yang menurut mereka mungkin tidak masuk akal.
Serial ini juga tetap mempertahankan bahasa nasional mereka, tidak melulu dijelaskan dengan bahasa Inggris. Sebagai orang yang lahir di Amerika, tentu saja ini merupakan tantangan besar bagi Kitty. Ia tidak memiliki pengetahuan dasar apa pun, selain mengetahui bahwa ibunya lahir di Korea. Hal itu menjadi alasan mengapa Kitty bertahan di sekolah yang tidak ramah kepadanya.
Tempat dan destinasi wisata populer juga disulap sebagai latar film. Mulai dari perpustakaan terkenal National Library of Korea, tempat kemah di Yeongheung Island, hingga kampus Kaywon University of Art and Design yang diubah menjadi sekolah internasional. Ada cukup banyak tempat menyenangkan di Korea, yang membuat serial ini cukup menarik untuk dilihat.

Krisis identitas remaja
Tidak seperti kedua kakaknya, Lara dan Margot, karakter Kitty masih belum memiliki pengalaman di dunia percintaan. Bahkan, serial ini juga seakan mengingatkan kita bahwa ia merupakan remaja yang sedang memasuki proses pencarian jati diri. Jadi, wajar saja jika karakternya terlihat labil, plin-plan, dan agak menyebalkan.
Bukan hanya Kitty saja, semua karakter dalam serial ini pun berlaku serupa. Mereka digambarkan lebih seperti remaja sombong, bangga dengan kekayaan, namun lelah menjalani kehidupan tidak bahagia – kecuali Dae yang hidup sederhana dan konsisten dengan kepribadiannya.
Menariknya, serial ini juga berani menghadirkan unsur LGBTQ+ di dalam budaya Asia yang masih tabu. Hal yang patut diapresiasi meskipun tentunya menimbulkan banyak pro dan kontra. Keadaan ini pun terjadi pada karakter utama kita, yang ternyata menyukai pria dan wanita. Menimbulkan kebingungan bagi penonton maupun karakter utamanya sendiri. Apakah normal menjadi seorang biseksual? atau ini hanya sementara?

Alur cerita bergerak bebas dan tidak rapi
Kekurangan lain yang terlihat jelas adalah jalan cerita yang tidak rapi dan masih memiliki banyak plot-hole. Ada peristiwa ataupun karakter tidak berjalan sinkron – tiba-tiba muncul dan terjadi secara kebetulan. Meski tidak masuk akal, serial ini terus mengulanginya formula tersebut hingga batas yang tidak bisa ditoleransi.
Meski begitu, serial ini cukup ringan dan menyenangkan. Tingkah laku para karakter, teka-teki yang menjadi misteri, hingga perjalanan Kitty dalam mencari cinta; semua itu menarik perhatian namun tidak bisa dieksekusi dengan baik.
