
The Zone of Interest perlihatkan ironi keluarga tentara Nazi hidup di samping Holocoust
The Zone of Interest adalah film drama sejarah tahun 2023 berdasarkan novel tahun 2014 berjudul sama karya Martin Amis. Disutradarai oleh Jonathan Glazer yang ditulisnya bersama Charlotte Vandermeersch.
The Zone of Interest ditayangkan perdana di Festival Film Cannes ke-76, di mana film tersebut memenangkan Grand Prix dan Hadiah FIPRESCI. Film ini menerima tiga Penghargaan Film Akademi Inggris (BAFTA), termasuk satu untuk Film non-English.
Film ini mengambil pendekatan non-linier untuk mengeksplorasi efek tidak manusiawi dari Holocaust melalui kacamata beberapa karakter yang terhubung dengan kamp konsentrasi Auschwitz. Film ini rilis di bioskop Indonesia pada 6 Maret 2024.

Pada tahun 1943, Rudolf Höss, komandan kamp konsentrasi Auschwitz, tinggal bersama istrinya Hedwig dan kelima anak mereka di sebuah rumah indah di sebelah kamp. Kehidupan mereka berjalan sempurna.
Höss sering mengajak anak-anak berenang dan memancing, sedangkan Hedwig menghabiskan waktu merawat taman. Para pelayan menangani tugas-tugas dan segala jenis barang yang diberikan kepada keluarga.
Di sisi lain, di luar tembok taman, suara tembakan dan jeritan terdengar lantang. Bagaimana bisa mereka hidup dengan nyaman?
Höss kemudian menerima kabar bahwa dia dipromosikan menjadi wakil inspektur kamp konsentrasi dan harus pindah ke Oranienburg, dekat Berlin. Sang istri pun memintanya untuk meyakinkan atasannya agar membiarkan dia dan anak-anaknya tidak ikut pergi. Permintaan tersebut disetujui dan Höss bersiap untuk pindah.
Beberapa bulan setelah tiba di Berlin, sebagai pengakuan atas kerja kerasnya, Höss diberitahu oleh Oswald Pohl bahwa dia ditugaskan untuk memimpin operasi yang akan mengangkut 700.000 orang Yahudi Hungaria untuk bekerja atau dibunuh. Hal ini memungkinkan dia untuk kembali ke Auschwitz dan berkumpul kembali dengan keluarganya.

Auschwitz Birkenau dan jeritan yang tak terlihat
Dibangun di Polandia di bawah pendudukan Nazi Jerman, tempat ini awalnya dijadikan kamp konsentrasi bagi orang Polandia dan kemudian untuk tawanan perang Soviet.
Auschwitz Birkenau adalah kamp konsentrasi paling terkenal yang didirikan oleh Nazi Jerman selama Perang Dunia II. Meskipun ada enam kamp serupa, Auschwitz Birkenau menjadi tempat yang terbesar, untuk menerapkan kebijakan pembunuhan massal orang-orang Yahudi di Eropa.
Dinding yang dibentengi, kawat berduri, barak, tiang gantungan, kamar gas, dan oven kremasi menunjukkan kondisi di mana genosida Nazi terjadi. Berdasarkan penyelidikan sejarah, 1,5 juta orang, di antaranya sejumlah besar orang Yahudi, secara sistematis kelaparan, disiksa dan dibunuh di kamp ini.
Selain pembunuhan massal terhadap lebih dari satu juta pria, wanita dan anak-anak Yahudi, dan puluhan ribu korban asal Polandia, Auschwitz juga berfungsi sebagai kamp pembunuhan rasial terhadap ribuan tahanan dari beberapa negara Eropa.

Hal yang menarik dari The Zone of Interest adalah, alih-alih menghadirkan kekerasan visual yang biasanya “dijual” oleh para filmmaker, film ini justru menampilkan bentuk kekejaman para Nazi melalui suara-suara tak terlihat.
Sang sutradara bukan hanya berbicara tentang Holocaust; ini adalah eksplorasi mengerikan dan disengaja tentang kapasitas manusia untuk berbuat jahat. Semua itu dijalin melalui perpaduan mengerikan antara kehidupan sehari-hari dan kengerian tak terbayangkan.
Lensa kamera hanya digunakan untuk mengamati alih-alih terlibat. Berlama-lama pada detail yang tampaknya biasa – sepiring makanan, seragam yang disetrika dengan teliti – sementara kengerian kamp tetap berada di luar bingkai.
Hal ini tentu saja menciptakan perasaan tidak nyaman yang mendalam, memaksa penonton untuk bergulat dengan kenyataan mengerikan. Saat keluarga tersebut menjalani kehidupan secara normal, beban tragedi tak terlihat seakan melayang di udara.

Tekanan moral yang besar
Peristiwa kejam yang terjadi di sebelah rumah Rudolf Höss tentu saja berdampak besar kepada mereka – meski setiap anggota keluarga berusaha menutupi hal tersebut.
Suatu hari, saat Hoss dan anak-anaknya bermain di sungai, ia melihat sisa-sisa tubuh manusia mengikuti arus. Sang kepala keluarga pun mengeluarkan mereka dari air dan mengirimkan catatan berkode kepada petugas kamp, mengecam kecerobohan mereka.
Ada pula adegan ketika seorang gadis Polandia menyelinap keluar pada malam hari, dan menyembunyikan makanan di tempat kerja para tahanan agar mereka dapat menemukannya.
Penggunaan suara yang luar biasa oleh Glazer semakin memperkuat suasana film – oleh karena itu, penonton jangan hanya terfokus pada gambar cerita. Suara diegetik, seperti gonggongan anjing penjaga dari jauh dan teriakan samar-samar dari kamp, menciptakan perasaan tak nyaman. Film ini jelas mengandalkan suara alami dan keheningan yang menghantui di antara percakapan karakter untuk meningkatkan dampak emosional.

Sebagai salah satu nominasi Best Picture Academy Awards, rasanya tidak heran jika film ini dinobatkan dalam kategori bergengsi tersebut. The Zone of Interest adalah pengalaman menantang sekaligus mengerikan, yang menghadapkan penonton dengan kebenaran tidak nyaman tentang sifat manusia. Film ini memaksa kita untuk menghadapi kemungkinan yang meresahkan tentang betapa mudahnya kita terbiasa dengan realitas yang paling mengerikan sekalipun.
Agaknya tidak ada kekurangan dalam The Zone of Interest, meskipun tentu saja menyaksikan film ini bukanlah pengalaman yang mudah. Penonton harus terbang kembali ke masa lalu, dan memahami bagaimana bentuk kejahatan tersadis bisa dilakukan oleh orang biasa sekali pun.